Bisnis.com, JAKARTA - Kepergian salah satu pemain otomotif ternama Ford dari Tanah Air meninggalkan beragam pertanyaan. Salah satunya adalah, apakah tingkat kesulitan untuk berkompetisi di pasar otomotif nasional kian tinggi?
Melambatnya perekonomian nasional pada tahun lalu telah menyeret sebagian besar pelaku di industri otomotif dalam kubangan tekanan. Bahkan, grup otomotif sekelas PT Astra International Tbk. atau PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. pun ikut merasakan.
Secara total, penjualan mobil nasional pada tahun lalu turun sekitar 16% menjadi 1 juta unit dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 1,2 juta unit. Tren penurunan permintaan mobil sebenarnya telah terlihat sejak 2014 dengan stagnansi penjualan dibandingkan 2013.
Sejumlah cara sudah dilakukan pelaku industri, mulai dari memperbanyak penyelenggaraan pameran otomotif berskala nasional maupun lokal, sebut saja Indonesia International Motor Show (IIMS) atau Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) pada tahun lalu, hingga pemberian diskon besar-besaran.
Tidak ketinggalan, Bank Indonesia juga melonggarkan kebijakan loan to value (LTV) pada pertengahan tahun bagi sektor otomotif. Namun, hasilnya belum memuaskan karena penurunan daya beli masyarakat menjadi faktor dominan yang sulit untuk dipecahkan.
Di sejumlah daerah, khususnya yang perekonomian masyarakatnya selama ini bergantung pada komoditas, permintaan terhadap produk otomotif menciut.
Hal itu yang berulang kali dilontarkan Prijono Sugiarto, Presiden Direktur Astra International, dalam beberapa kesempatan saat ditanyakan mengenai penurunan penjualan grup otomotif tersebut.
Astra dan sebagian besar pemain otomotif lain seolah sudah kehilangan cara. Penjualan mobil emiten berkode saham ASII itu secara total mencapai sekitar 509.000 unit pada tahun lalu, turun 16% dibandingkan tahun sebelumnya, atau terendah dalam empat tahun terakhir.
Daihatsu, sebagai salat satu produk di bawah bendera Astra, berhasil mengerek naik pangsa pasarnya menjadi 16,6% pada 2015 dibandingkan dengan 15,3% pada tahun sebelumnya.
Kendati demikian, volume penjualan Daihatsu merosot 9,4% secara tahunan. Penjualan mobil komersial Daihatsu GranMax Pickup dan Minibus mampu meredam penurunan volume penjualan segmen passenger car lewat Daihatsu Xenia dan Terios.
Sementara itu, walaupun masih menjadi pemimpin pasar domestik, volume penjualan Toyota sebagai tulang punggung lini bisnis otomotif Astra turun 19,3% secara tahunan menjadi 322.466 unit sepanjang tahun lalu. Pangsa pasarnya pun melorot menjadi 31,8% pada 2015 dari 33,1% pada 2014.
Stefanus Darmagiri, analis PT Danareksa Sekuritas, memprediksi Toyota mampu menjaga pangsa pasarnya, didukung oleh peluncuran model populer, seperti modernisasi Toyota Avanza pada kuartal III/2015, generasi kedua Toyota Kijang Innova pada kuartal IV//2015, dan peluncuran Toyota Fortuner pada kuartal I/2016.
Sementara itu, Indomobil, yang kedatangan produk anyar Datsun, juga mencatatkan penurunan penjualan. Namun, emiten berkode saham IMAS ini sedikit lebih beruntung.
Kehadiran Datsun rupanya direspons pasar cukup baik. Produk tersebut mampu menopang penjualan IMAS yang kehilangan daya dorong setelah produk lain Suzuki dan Nissan membukukan koreksi penjualan cukup besar.
Bahkan, penjualan Datsun yang diperkenalkan pada 2014 mampu mengalahkan capaian Nissan sepanjang tahun lalu. Dengan kata lain, ada potensi positif bagi Indomobil dari penjualan Datsun.
Hampir sebagian pesar pemain di pasar otomotif nasional mencatatkan penurunan penjualan dalam 5 tahun terakhir. Hanya penjualan merek Honda yang konsisten tumbuh selama periode tersebut.
Sepanjang tahun lalu, Honda di bawah bendera PT Honda Prospect Motor berhasil menjaga volume penjualan. Pangsa pasarnya meningkat menjadi 15,7% pada 2015 dari 13,2% pada 2014.
Naiknya pangsa pasar disebabkan meluncurnya Honda HR-V pada awal 2015 serta kontribusi dari Honda Mobilio. Dalam 5 tahun terakhir, Honda tampil konsisten dengan kenaikan penjualan, kecuali pada tahun lalu yang cenderung stagnan dibandingkan 2014.
Melajunya penjualan Honda sendirian di tengah perlambatan ekonomi domestik memberikan kesimpulan awal bahwa kompetisi di pasar otomotif masih terbuka, walaupun pangsa pasar masih didominasi prinsipal Jepang di atas 90%.
Ini semua kembali kepada bagaimana setiap prinsipal berinovasi untuk menghadirkan produk yang diterima pasar.
Pemulihan
Adapun, Stefanus memprediksi terjadi sedikit pemulihan pada volume penjualan mobil domestik sebesar 5% menjadi 1,05 juta unit pada 2016.
Prediksi itu berdasarkan asumsi nilai tukar rupiah berada di tingkat rendah sehingga berefek positif ke daya beli konsumen serta pertumbuhan ekonomi pada tahun ini yang diperkirakan mencapai 5,3%.
Faktor pendorong lain yakni efek positif secara tidak langsung dari proyek infrastruktur yang dapat meningkatkan transportasi darat. “Kami yakin bila pemangkasan BI Rate lebih agresif, dampak positif lebih terasa bagi penjualan mobil,” tulis Stefanus dalam riset yang terbit Senin (18/1/2016).
Akhmad Nurcahyadi, analis PT Samuel Sekuritas Indonesia, mengatakan kunci pertumbuhan di sektor otomotif yakni perbaikan aktivitas ekonomi.
Rencana percepatan pembangunan infrastruktur dinilainya dapat menjadi penambah optimisme pasar, di tengah penantian bukti nyata data perbaikan ekonomi Indonesia.
“Kami juga percaya persaingan akan tetap tajam, di tengah rencana produsen mobil untuk meluncurkan ragam varian terbarunya,” tulis Akhmad dalam riset yang terbit Selasa, (19/1/2016).
Menurut Akhmad, anggapan telah berakhirnya tren pelemahan pertumbuhan penjualan masih terlalu dini disimpulkan, mengingat penjualan pada Desember 2015 melemah paling secara bulanan dalam selama 10 tahun terakhir.
“Tahun ini, kami masih melihat potensi tertekannya pangsa pasar Astra, di tengah gencarnya peluncuran produk baru yang dilakukan oleh rival,” tulis Akhmad.
Menurutnya, pengaruh dan penerimaan pasar terhadap varian baru Avanza dan Xenia, Terios serta Rush termasuk Kijang Innova 2nd generation diperkirakan mulai terlihat pada akhir kuartal I/2016.
Di sisi lain, dia melihat potensi daya saing yang besar dari varian terbaru Honda, yakni Honda BRV yang masuk dalam kelas crossover utility vehicle (CUV) dan akan berhadapan langsung dengan Terios dan Rush.
Akhmad memproyeksi penjualan mobil tumbuh sekitar 5% pada tahun ini, atau sekitar 2% di bawah target Gaikindo sebesar 7%.
Segmen low multi purpose vehicle (LMPV), SUV, low-SUV, dan CUV akan memainkan peran penting pertumbuhan volume penjualan industri, selain low cost green car (LCGC) yang tahun lalu terjual 165.434 unit.
“Kekhawatiran kami terletak pada tertundanya perbaikan pertumbuhan ekonomi, pelemahan nilai tukar rupiah, dan kinerja industri yang lebih rendah dari harapan,” paparnya.
Sementara itu, J.P. Morgan menilai siklus penjualan mobil yang tahun lalu lesu berbalik positif setelah kuartal II tahun ini.
Dengan tesis dasar itu, J.P. Morgan menilai kinerja saham pemain utama, yakni ASII pada 2016 membaik, melanjutkan penguatan harga sahamnya pada kuartal IV/2015, seiring pulihnya volume penjualan.