Bisnis.com, JAKARTA - Menjelang pidato Presiden European Central Bank (ECB) Mario Draghi, para pelaku pasar masih melakukan aksi wait and see.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan hal tersebut terlihat dari beberapa mata uang dunia yang bergerak terbatas terhadap dolar AS.
Namun, lanjutnya, para investor kini berfokus pada pergerakan EUR-USD yang pada perdagangan kemarin melemah 0,22%.
Pelemahan yang terjadi pada Euro tak lain ialah karena pelaku pasar masih menantikan pernyataan terkait rencana stimulus yang akan diberikan pada bulan Maret nanti jika memang direalisasikan.
"Jika stimulus tambahan tersebut nantinya diberikan maka jumlah uang beredar Euro semakin banyak dan nilai mata uang Euro semakin menurun. Dampak inilah yang masih diperhatikan para investor," paparnya dalam riset yang dikutip Bisnis, Selasa (26/1/2016).
Lebih lanjut dia mengungkapkan jika dolar AS berhasil menguat terhadap Euro, maka tidak menutup kemungkinan dolar AS akan menguat terhadap beberapa mata uang lainnya di dunia.
Selain itu, rencana The Fed untuk menaikan tingkat suku bunga secara bertahap di tahun ini makin mempertegas penguatan yang terjadi pada dolar AS secara jangka pendek.
"Minimnya sentimen rupiah terhadap laju dolar AS yang sedang dalam masa koreksi, membuat rupiah terkena dampak daripada pelemahan Euro meski pelemahan rupiah terbilang tipis," tambahnya.
Adapun nilai tukar rupiah untuk kurs tengah di Bank Indonesia masih dinilai memiliki potensi menguat di Support 13.950 serta Resisten 13.700.