Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak yang tidak berhasil mempertahankan kenaikannya berpotensi mengembalikan tekanan pelemahan terhadap rupiah pada perdagangan Selasa (26/1/2016).
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan setelah sempat menguat tajam di sepanjang minggu lalu, harga minyak kembali anjlok 5% hingga dini hari tadi setelah Irak melaporkan produksi minyak yang meningkat. Komentar OPEC yang berharap harga akan stabil tidak terlalu memengaruhi harga minyak.
Di sisi lain imbal hasil obligasi global turun drastis mengikuti penurunan harga minyak. imbal hasil US Treasury 10y turun hingga 2% justru ketika FOMC meeting akan dimulai malam nanti sebelum disimpulkan pada Kamis dini hari Waktu Indonesia Barat.
Harga minyak yang anjlok memicu aksi jual di pasar saham global semalam sehingga di pasar Asia pagi ini sentimen negatif diperkirakan terjaga.
"Rupiah masih terancam harga minyak. Pelemahan kurs terhadap dollar juga terlihat di Asia walaupun imbal hasil masih terlihat turun di berbagai negara," ujarnya dalam riset yang dikutip Bisnis.
Pagi ini, rupiah dibuka melemah 40 poin atau 0,29% ke level Rp13.903 per dolar AS. Adapun pada pukul 09.34 WIB, rupiah masih melemah 0,25% atau 34 poin ke Rp13.897 per dolar AS, saat kurs Asia juga ditransaksikan melemah terhadap dolar AS.