Bisnis.com, JAKARTA-- Nilai tukar rupiah dinilai rentan mengalami koreksi meskipun bergerak di zona hijau pada awal perdagangan, Jumat (8/1/2016).
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menilai penguatan rupiah pagi ini terdorong oleh sentimen lokal yang masih cukup positif .
"Inflasi turun, permintaan domestik membaik, belanja pemerintah digenjot peluang BI rate dipangkas besar, serta cadangan devisa yang mulai naik," paparnya dalam riset.
Akan tetapi, lanjutnya, faktor eksternal yang negatif khususnya dari pasar Tiongkok sepertinya belum akan mereda dalam waktu dekat.
"Hari ini rupiah berpeluang kembali melemah," tambahnya.
Pasar keuangan Tiongkok juga menjadi sumber berita negatif bagi pergerakan bursa global hingga dini hari tadi.
Setelah indeks saham Shanghai kembali jatuh dan dihentikan perdagangannya kemarin, bersamaan dengan pelemahan yuan 0,6%, bursa global dan kurs di Asia terhadap dollar melemah cukup tajam.
"Akan tetapi, dollar index justru terjerembab pada perdagangan semalam setelah angka pengangguran Zona Euro yang turun memicu penguatan tajam euro. Anjloknya dolar mungkin juga dipicu kekhawatiran bahwa memburuknya situasi di Tiongkok akan menghalangi kenaikan Fed rate yang agresif. Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun juga turun. Nonfarm payrolls AS paling ditunggu malam nanti," ungkapnya.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 0,37% atau 52 poin ke Rp13.875 per dolar AS, dan pada pukul 09.12 WIB, rupiah masih terpantau menguat 46 poin atau 0,33% ke Rp13.881 per dolar AS.