Bisnis.com, JAKARTA— Nilai tukar rupiah diprediksi akan tertekan mendekati level Rp14.000 pada perdagangan Jumat (11/12/2015).
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan faktor tekanan rupiah datang dari sentimen kenaikan suku bunga AS oleh The Fed, pelemahan yuan, serta anjloknya harga komoditas.
“Perbaikan data ekonomi domestik diperkirakan hanya akan mampu meredam tekanan depresiasi tetapi tidak akan cukup mengubah arah tren,” paparnya dalam riset yang dikutip Bisnis.
Sementara itu, indeks dolar AS kembali menguat menjelang FOMC meeting pada pekan depan dan mengakibatkan harga minyak terus turun. Penguatan dolar AS ini juga mendorong pelemahan yuan lebih lanjut.
Adapun pelemahan harga minyak semakin menarik harga komoditas lain ke bawah. Imbal hasil obligasi juga mulai kembali ke tren kenaikan dipimpin oleh US Treasury walaupun ekspektasi inflasi semakin tergerus oleh harga minyak yang turun.
“Dolar AS diperkirakan masih akan kuat hingga minggu depan,” tambahnya.