Bisnis.com, JAKARTA--PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) memproyeksi kinerja tahun ini tidak akan tumbuh positif akibat masih rendahnya harga gas.
Kanishk Laroya, Vice President Corporate Affairs & Investor Relations Surya Esa Perkasa, mengatakan kinerja perseroan masih tertekan, meski harga gas alam cair (liquified petroleum gas/LPG) sedikit meningkat pada akhir tahun ini.
"Kemungkinan koreksi masih sama dengan kuartal ketiga tahun ini meskipun harga LPG sudah mulai naik. Tahun depan juga akan sama kinerja perseroan," ungkapnya saat investor summit, Rabu (11/8/2015).
Per kuartal III/2015, pendapatan emiten berkode saham ESSA tersebut terkoreksi 6,7% menjadi US$30,4 juta dari tahun sebelumnya US$32,6 juta. Sedangkan, laba bersih anjlok 53,4% menjadi US$4,8 juta dari sebelumnya US$10,3 juta.
Melorotnya laba bersih perseroan terjadi akibat turunnya margin sejak awal tahun setelah harga LPG terus merosot.
Tercatat, harga rerata LPG per September 2015, mencapai US$413/metrik ton dibandingkan dengan US$817/MT tahun sebelummya.
Sementara itu, manajemen Surya Esa Perkasa menganggarkan belanja modal (capital expenditure/Capex) pada tahun depan senilai US$350 juta.
Anggaran itu akan digunakan seluruhnya untuk pengembangan pabrik amoniak baru PT Panca Amara Utama.
Proyek pabrik amoniak milik anak usaha ESSA itu telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.
Proyek tersebut menelan investasi senilai US$830 juta hingga 2017.
Pabrik Panca Amara Utama terletak di Banggai, Sulawesi Tengah, dengan luas 192 hektare.
Pendanaan pabrik ini diperoleh dari pinjaman International Finance Corporation (IFC) sebesar US$509 juta bersama dengan 7 bank internasional.
Hingga saat ini, perseroan telah menggelontorkan dana US$75 juta untuk proyek pabrik Panca Amara Utama. Sisanya, akan dikucurkan secara bertahap sesuai dengan progres pembangunan proyek.