Bisnis.com, JAKARTA - Setelah sektor konstruksi menggeliat, penjualan semen nasional pada Agustus 2015 turut merangkak naik. Apakah sentimen positif ini akan terus berlanjut?
Mengacu data Asosiasi Semen Indonesia, konsumsi semen per Agustus 2015 melonjak 14,7% year-on-year menjadi 5,34 juta ton. Lonjakan itu menjadi indikator terjadi peningkatan dalam pembangunan infrastruktur, perumahan, apartemen, dan penyerapan anggaran pemerintah daerah.
Kendati demikian, konsumsi semen nasional sejak awal tahun hingga Agustus 2015 masih terkoreksi 2% secara tahunan menjadi 36,4 juta ton.
Mimi Halimin, analis PT KDB Daewoo Securities Indonesia, mengapresiasi melonjaknya konsumsi semen nasional pada Agustus 2015. Namun, ungkapnya dalam riset yang dirilis belum lama ini, hal itu belum memberikan sinyal konsumsi semen hingga akhir tahun ini akan tumbuh positif.
Sementara itu, per 16 September 2015, belanja pemerintah daerah mencapai 59,8% dari total alokasi anggaran sepanjang tahun ini Rp1.984 triliun. Jumlah itu meningkat tajam dari Juli 2015 yang mencapai 46%.
Selanjutnya, realisasi belanja infrastruktur hanya mencapai 31% atau Rp90 triliun dari total target sepanjang tahun ini Rp290,3 triliun.
Sebaliknya, realisasi belanja infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terbilang mengecewakan karena hanya 28,3% dari total target Rp118,5 triliun per akhir Agustus 2015, jauh lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada periode sama tahun lalu 45,2%.
Tingginya realisasi belanja pemerintah juga tercermin dalam kontrak baru yang dikantongi BUMN konstruksi. Hingga Agustus 2015, total kontrak baru yang diraih empat BUMN konstruksi mencapai Rp48,07 triliun dibandingkan Rp34,78 triliun pada periode sama tahun lalu.
Kendati terjadi akselerasi belanja pemerintah, KDB Daewoo meyakini hal itu hanya akan berdampak terbatas bagi sektor semen pada tahun ini. "Dalam pandangan kami, terdapat ketertinggalan antara realisasi belanja dan pembangunan proyek," seperti dikutip dari riset tersebut.
Pada saat yang sama, pemerintah telah meluncurkan paket stimulus untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi yang tengah melambat. Salah satunya adalah stimulus bagi sektor properti termasuk pemberlakuan kepemilikan properti oleh warga negara asing.
Dia menilai sejumlah tantangan masih harus dihadapi oleh sektor properti yang tentunya akan berdampak pula terhadap sektor konsumsi semen. Menurutnya, konsumsi semen hingga akhir tahun ini cenderung sama seperti raihan pada tahun lalu.
Secara terpisah, Edward Ariadi Tanuwijaya, analis PT DBS Vickers Securities Indonesia, memperkirakan penjualan semen sepanjang tahun ini anjlok 3,5% secara tahunan.
"Perkiraan kami pada kuartal IV/2015 penjualan semen masih akan melemah," paparnya dalam riset yang dirilis beberapa waktu lalu.
DBS Vickers juga memangkas perkiraan laba untuk PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. pada kisaran 15,9%-23,8%.
Pemangkasan itu terjadi akibat masih turunnya permintaan semen domestik, perlambatan ekonomi, dan kompetisi yang kian sengit, serta melorotnya margin keuntungan ke depan.
TETAP OPTIMISTIS
Asosiasi Semen Indonesia optimistis Indonesia dapat menjadi produsen semen terbesar di Asia pada 2017 seiring beroperasinya delapan pabrik baru dengan kapasitas hingga 24 juta ton dalam dua tahun mendatang.
Ketua Asosiasi Semen Indonesia Widodo Santoso mengatakan pertumbuhan penjualan semen pada tahun ini diperkirakan sebesar 2% atau naik dari 59,9 juta ton pada 2014 menjadi 61,08 juta ton pada 2015.
"Tahun depan saya optimistis kalau proyek infrastruktur pemerintah mulai jalan pada Februari, permintaan semen akan lebih besar. Angka kenaikan 5% itu gampang, kecil," ujarnya.
Widodo mengatakan pertumbuhan konsumsi semen nasional akan diikuti oleh peningkatan produksi semen di Tanah Air yang saat ini mencapai sekitar 65 juta ton.
Peningkatan produksi didorong oleh tambahan empat pabrik semen baru yang mulai berproduksi pada tahun ini dan empat pabrik lainnya pada 2016. Total produksi delapan pabrik baru itu diperkirakan mencapai 24 juta ton.
Direktur Utama Semen Indonesia Suparni mengatakan total produksi perseroan pada 2015 diperkirakan mencapai 28,5 juta ton. Jumlah tersebut hampir sama dengan capaian produksi pada tahun lalu. "Ekspor sekitar 5%-6% dari total produksi," katanya.
Suparni mengatakan strategi menembus pasar luar negeri diupayakan di tengah tren menurunnya konsumsi semen nasional pada Maret 2015. Selain itu, momentum ekspor juga dinilai tepat saat rupiah mengalami depresiasi sehingga menarik dari sisi penerimaan perusahaan.
Secara keseluruhan, penjualan PT Semen Indonesia Persero Tbk. (SMGR) pada semester I/2015 turun 4,8%, sementara penjualan semen PT Holcim Indonesia Tbk. (SMCB) juga terkoreksi 3,3%.
Adapun, penjualan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) turun hingga 8,3% seiring turunnya konsumsi di pasar utama, yakni Jawa Barat dan DKI Jakarta. Namun di sisi lain, PT Semen Baturaja Persero Tbk. (SMBR) justru mengalami peningkatan penjualan sebesar 25%.