Bisnis.com, JAKARTA— Rupiah tidak mampu mempertahankan penguatan, terdepresiasi 0,26% atau 38 poin ke Rp14.691 per dolar AS pada penutupan perdagangan di pasar spot.
Bloomberg Dollar Index mengemukakan saat dibuka hari ini, Kamis (1/10/2015) rupiah menguat 25 poin atau 0,17% ke Rp14.628/US$.
Kemudian menguat 18 poin atau 0,12% ke Rp14.635/US$.
Rupiah tidak mampu mempertahankan penguatan, terdepresiasi 0,26% atau 38 poin ke Rp14.691 per dolar AS pada penutupan perdagangan di pasar spot.
Jelang penutupan, rupiah masih melemah.
Rupiah melemah 30 poin atau 0,2% ke Rp14.683/US$.
Di awal perdagangan rupiah menguat, namun pasar menyoroti data manufaktur China dan rilis BPS yang menunjukkan terjadi deflasi pada September 2015.
Kurs tengah menguat 3 poin atau 0,02% ke Rp14.654/US$
Kurs tengah BI
Tanggal | Rp/US$ |
1 Oktober | 14.654 |
30 September | 14.657 |
29 September | 14.728 |
Sumber: BI, 2015
Rupiah masih melemah 14 poin atau 0,1% ke Rp14667, setelah BPS mengumumkan terjadi deflasi di September, dan manufaktur China masih kontraksi.
Rupiah diperdagangkan melemah 13 poin atau terdepresiasi 0,09% ke Rp14.666 per dolar AS di akhir sesi I perdagangan bursa saham.
Melemahnya indeks manufaktur China dan terjadi deflasi pada September yang dipicu penurunan bahan makanan di dalam negeri, mengantarkan rupiah tetap bertahan melemah setelah diawal perdagangan mampu menguat.
Rupiah melemah 20 poin atau 0,14% ke Rp14.673/US$.
Permintaan yang lemah membuat stok barang jadi menumpuk di pabrik-pabrik di China. Indeks manufaktur Negeri Tiongkok anjlok ke level terendah dalam 6,5 tahun.
Caixin China Flash Manufacturing PMI yang diterbitkan Rabu (1/10/2015) menyatakan indeks manufaktur China ada di level 47,2 pada September, turun dari 47,3 pada Agustus.
Level tersebut adalah yang terburuk sejak Maret 2009. Pabrik-pabrik di China telah menunjukkan penyusutan produksi dalam 7 bulan berturut-turut.
Kinerja industri manufaktur China mencatatkan rekor terburuk dalam berbagai sektor. Hasil produksi mencatatkan penurunan tertajam dalam 6,5 tahun terakhir, penurunan jumlah order adalah yang terburuk dalam 3,5 tahun, sedangkan pengurangan pegawai menunjukkan laju tercepat sejak 2009.
Permintaan yang lesu juga membuat barang hasil produksi menumpuk. Stok barang jadi menunjukkan kenaikan paling tajam dalam lebih dari 3 tahun.
Mata uang di Asean kompak melemah.
Dolar Singapura (-0,22%), peso Filipina (-0,02%), ringgit Malaysia (-0,42%), baht Thailand (-0,01%), dan rupiah melemah 0,13% ke Rp14.671/US$.
Rupiah berbalik melemah 7 poin atau 0,05% ke Rp14.660.
Rupiah melemah menjelang dirilisnya data inflasi September 2015 oleh BPS.
Rupiah menguat 5 poin ke Rp14.648/US$
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengemukakan pasar hari inimenunggu data ekonomi China yang kemungkinan besar tidak terlalu bagus . Pasra juga menyoroti pertemuan The Fed pada Oktober.
Sementara itu BPS hari ini merilis data inflasi.
Penguatan rupiah semakin tipis. Rupiah diperdagangkan menguat 0,03% atau terapresiasi 5 poin ke Rp14.648 per dolar AS setelah perdagangan di bursa saham dibuka.
Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Kamis (1/10/2015) berpeluang kembali ditutup menguat.
“Rupiah dan SUN masih mempunyai ruang penguatan hari ini,“ kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Kamis (1/10/2015).
Dikemukakan rupiah menguat hingga kemarin sore, bersamaan dengan penurunan yield SUN.
“Tetapi sulit untuk mengatakan itu adalah hasil sentimen positif dari paket kebijakan jilid II, karena hampir seluruh mata uang di Asia menguat tajam terhadap dolar,” kata Rangga dalam risetnya yang diterima hari ini, Kamis (1/10/2015).
Dikemukakan Bank Indonesia mengikuti pemerintah untuk meluncurkan paket kebijakan, yang ditujukan untuk menambah pasokan dollar, dan menyerap likuiditas rupiah.
Rangga menilai kebijakan tersebut akan berhasil, jika pemerintah mampu mendorong pertumbuhan melalui belanjanya.
“Siang ini ditunggu inflasi September yang diperkirakan turun ke 6,8—6,9% YoY,” kata Rangga.
Sementara itu euro terpuruk hingga malam tadi, setelah angka pengangguran Zona Euro diumumkan naik.
Hal itu menambah tekanan terhadap euro setelah sebelumnya terdorong turun oleh rendahnya angka inflasi.
Di sisi lain, uajrnya, angka serapan tenaga kerja AS yang baik mampu memperkuat indeks dolar yang secara umum masih di tren mendatar.
“Angka manufaktur China yang membaik pagi ini bisa memberikan sentimen positif ke pasar Asia. ISM manufacturing AS ditunggu malam nanti,” kata Rangga.
Bloomberg Dollar Index mengemukakan saat dibuka hari ini, Kamis (1/10/2015) rupiah menguat 25 poin atau 0,17% ke Rp14.628/US$.
Kemudian menguat 18 poin atau 0,12% ke Rp14.635/US$.
NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) memperkirakan kurs tengah Bank Indonesia nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini, Kamis (1/10/2015) bergerak di kisaran Rp14.645—Rp14.685.
Kamis, indeks dolar AS dibuka melemah 0,06% ke 96,288
“Rupiah hari ini (1/10/2015) diperkirakan akan bergerak dikisaran 14.570-14.743 dengan kecenderungan menguat,” kata Analis Teknikal Bahana Securities Muhammad Wafi dalam risetnya.
Rabi, indeks dolar AS ditutup menguat 0,52% ke 96,35