Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan mata uang rupiah diperkirakan masih akan tertekan sepanjang pekan depan dipicu pernyataan Bank Sentral Amerika yang tetap akan menaikkan suku bunga acuan tahun ini.
Wahyu Tri Laksono, analis PT Central Capital Futures mengatakan mata uang sejumlah negara di emerging market masih berpotensi jatuh lebih dalam karena penguatan dollar AS terhadap mata uang utama dan pertumbuhan ekonomi global yang belum menunjukkan tanda membaik.
“Selain itu karena harga komoditas yang masih lemah dan pengetatan the Fed yang akan berujung pada naiknya suku bunga AS,” katanya kepada Bisnis.com, Sabtu (26/9/2015).
Pada penutupan Jumat (25/9/2015), kurs rupiah ditutup melemah 0,06% atau 9 poin ke level Rp14.693/US$. Adapun, rupiah sempat terperosok ke level paling lemah Rp14.727/US$.
Menurut Wahyu, tekanan masih akan terus melanda rupiah sepanjang pekan depan ditambah ancaman hot money outflow dan mulai pulihnya Eropa sehingga membuat investor bergeser keluar dari emerging market yang relative over value.