Bisnis.com, JAKARTA – Rendahnya harga komoditas karet tidak mampu mengerek laju permintaan global terhadap komoditas tersebut.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo mengatakan saat ini pasar internasional belum menunjukkan keberanian untuk membeli secara agresif.
Padahal, dengan harga yang semurah ini, seharusnya para industriawan, pabrik karet, dan lainnya bisa memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melakukan pembelian.
“Sayangnya saya tidak bisa memberikan kabar yang menggembirakan. Belum terlihat adanya pergerakan, market masih menunggu saja. Ini sama dengan komoditas lainnya,” kata Moenardji, Jumat (18/9/2015).
Dia memperkirakan, salah satu faktor tidak terlihatnya antusiasme untuk agresif membeli karet adalah kondisi makro ekonomi saat ini yang sementara masih membayangi mereka untuk melakukan pembelian dalam jumlah yang besar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor karet pada periode Januari – Agustus 2015 mencapai US$4,08 miliar atau turun 18,53% dari periode yang sama pada tahun lalu sebesar US$5,00 miliar.
Sedangkan jika dilihat dari volume ekspornya, para periode Januari – Agustus 2015 pengapalan karet mencapai 2,22 juta ton atau turun 0,42% dari periode yang sama pada tahun lalu yang mencapai 2,23 juta ton.
Selama Agustus lalu, harga karet terus menurun dengan harga rata-rata mencapai US$142/metrik ton pada Agustus lalu. Posisi harga tersebut menjadi yang paling rendah selama periode Januari – Agustus 2015. Pada Agustus 2015, harga karet turun sebesar 13,41% dibanding rata-rata harga pada bulan Juli sebesar US$164/metrik ton.