Bisnis.com, JAKARTA—Kurs rupiah pada perdagangan hari ini melemah 0,31% atau 42,5 poin ke level Rp13.842/US$. Pelemahan rupiah bersamaan dengan melemahnya mata uang regional.
Bloomberg Dollar Index mengemukakan pada Selasa (18/8/2015) rupiah ditutup menguat 0,16% atau 22 poin ke Rp13.800/US$.
Rupiah pada perdagangan kemarin meguat di menit terakhir pada Selasa (19/8/2015), setelah seharian tertekan oleh sentimen The Fed dan data ekspor Indonesia.
Bagaimana pergerakan rupiah hari ini, Rabu (19/8/2015)? Ikuti lajunya secara live mulai pembukaan hingga penutupan.
Kurs rupiah pada perdagangan hari ini melemah 0,31% atau 42,5 poin ke level Rp13.842/US$. Pelemahan rupiah bersamaan dengan melemahnya mata uang regional.
Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) terapresiasi setelah dua hari tertekan.
Data yang diterbitkan BI pagi ini menempatkan Jisdor pada Rp13.824 per dolar AS, menguat 7 poin atau t0,05% dari kurs Jisdor Selasa.
Rupiah tertekan di pasar spot. Mata uang Garuda melemah 0,24% atau terdepresiasi 3 poin ke Rp13.833 per dolar AS pada pukul 10:11 WIB.
Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi tekanan masih membayangi nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Rabu (19/8/2015).
“Sentimen pelemahan rupiah berpeluang bertahan hari ini,“ kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Rabu (19/8/2015).
Dikemukakan menjelang rilis notulensi FOMC meeting, dolar menguat tipis. Menyusul membaiknya angka penjualan rumah.
Rangga mengatakan dolar juga masih terlihat menguat di pembukaan pasar Asia kemarin pagi, bersamaan dengan pelemahan bursa saham.
“Rilis notulensi FOMC meeting berpeluang membangkitkan harapan kenaikan suku bunga the Fed, walaupun hal itu tidak berarti harapan bisa bertahan lama. Khususnya jika kembali gagal dikonfirmasi oleh perbaikan data ekonomi AS,” kata Rangga.
Rangga mengatakan malam ini ditunggu angka inflasi AS yang diperkirakan naik tipis.
Sementara itu neraca perdagangan Juli diumumkan naik drastis surplusnya, setelah impor turun cukup signifikan. Bahkan melebihi penurunan ekspor yang juga relatif dalam.
“Hal itu justru memberikan sentimen negatif ke pasar, karena surplus justru menandakan perlambatan ekonomi yang berlanjut setelah kinerja buruk di semester I/2015,” kata Rangga.
Pada Juli, tambahnya, penjualan otomotif juga turun drastis.
Di tengah pelemahan rupiah, BI Rate dipertahankan di level 7,50%.
“Walaupun likuiditas di perbankan terlihat banyak kami melihat itu masih jauh dari cukup menstimuli perekonomian. Tetapi pemangkasan BI Rate juga sulit terjadi dalam waktu dekat melihat tekanan berlebih pada rupiah,” kata Rangga.
Rupiah masih tertekan setelah perdagangan bursa saham dibuka, melemah 0,14% atau turun 20 poin ke Rp13.820 per dolar AS.
Rupiah dan baht Thailand melemah, saat mata uang lainnya di Asia Tenggara melemah.
Dolar Singapura menguat 0,09%, peso Filipina (+0,11%), ringgit Malaysia (+0,11%).
Thailand melemah 0,02%, dan rupiah melemah 0,14% ke Rp13.820/US$.