Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rasio Kecukupan Modal Bank Yudha Bhakti Mulai Menipis

PT Bank Yudha Bhakti Tbk membutuhkan tambahan dana untuk meningkatkan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) seiring dengan ekspansi kredit yang disalurkan perseroan.
IHSG
IHSG

Bisnis.com, JAKARTA--PT Bank Yudha Bhakti Tbk membutuhkan tambahan dana untuk meningkatkan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) seiring dengan ekspansi kredit yang disalurkan perseroan.

Direktur Kepatuhan Bank Yudha Bhakti Iim Wardiman menuturkan CAR perseroan per Juni 2015 turun sebesar 90 basis poin dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan laporan keuangan perseroan pada semester I/2015 CAR emiten berkode saham BBYB ini tercatat sebesar 14,21%, sedangkan pada Juni 2014 tercatat sebesar 15,11%.

"Di tengah perlambatan ekonomi sekarang ini, laba dan kredit kami enggak ada masalah, masalah kami di CAR," ucapnya di Jakarta baru-baru ini..

Kendati membutuhkan dana untuk menambah rasio permodalan, Iim menyatakan pihaknya belum bisa melakukan aksi korporasi penerbitan saham baru (rights issue).

Hal ini, lanjutnya, dikarenakan perseroan belum diperbolehkan rights issue dalam jangka waktu 12 bulan sejak perseroan melakukan aksi penawaran perdana saham (initial public offering/IPO).

Seperti diketahui, Bank Yudha Bhakti baru melantai di bursa efek pada Janari tahun ini. "Paling cepat kami bisa rights issue Januari tahun depan. Kami butuh untuk ekspansi kredit," tuturnya.

Iim mengatakan perseroan membutuhkan tambahan modal untuk ekspansi kredit karena Bank Yudha Bhakti mulai mengurangi kredit konsumsi dan secara bertahap meningkatkan porsi kredit produktif.

Sesuai ketentuan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, bank yang bermodal inti di bawah Rp1 triliun atau bank kategori bank umum kegiatan usaha (BUKU) I per 30 Juni 2016 harus menyalurkan kredit produktif sebesar 55% dari total portofolio kredit.

Saat ini, Iim menyebut porsi kredit produktif BBYB masih di angka 35%. Untuk menjaga rasio kecukupan modal hingga adanya penambahan nanti, perseroan tidak terlalu jor-joran dalam menyalurkan kredit dan selektif dalam memilih debitur, terutama untuk kredit korporasi.

Adapun pada paruh pertama tahun ini, perseroan berhasil mencatatkan laba bersih setelah pajak senilai Rp11,84 miliar atau meningkat sebesar 93,46% dibandingkan laba Juni 2014 yang senilai Rp6,12 miliar.

Pertumbuhan laba bersih ini didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih dari Rp61,93 miliar menjadi Rp71,71 miliar dan peningkatan pendapatan operasional selain bunga dari Rp4,56 miliar menjadi Rp11,62 miliar. Hingga akhir tahun, BBYB menargetkan perolehan laba sebelum pajak senilai Rp31 miliar.

Penyaluran kredit perseroan hingga Juni 2015 tercatat senilai Rp2,31 triliun atau meningkat sebesar 15,15% secara year to datedibandingkan akhir tahun lalu yang senilai Rp2 triliun.

Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perseroan  tercatat senilai Rp2,66 triliun yang terdiri dari simpanan berjangka Rp2,33 triliun, tabungan senilai Rp171,34 miliar dan giro senilai Rp156,99 miliar.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper