Bisnis.com, JAKARTA—Rupiah tergelincir menembus level psikologis Rp13.500 pada Jumat (31/7/2015), terdepresiasi tajam bersama commodity currency lain.
Perdagangan rupiah di pasar spot hari ini berakhir dengan depresiasi 0,60% atau 81 poin ke Rp13.539 per dolar AS.
Rupiah dibuka melemah 0,13% ke Rp13.476 per dolar AS dan mulai bergerak menembus level Rp13.500 pada sekitar pukul 14.00 WIB.
Sepanjang hari, pergerakan rupiah berkisar antara Rp13.464—Rp13.544 per dolar AS.
Penguatan tajam dolar AS yang dini hari tadi ditutup menguat 0,60% adalah penekan utama pergerakan rupiah dan mata uang negara berkembang lain.
Indeks dolar melemah 0,10% pada pukul 15.59 WIB.
Kenaikan laju pertumbuhan produk domestik bruto memperkuat spekulasi The Fed mulai menaikkan suku bunga pada September.
Departemen Perdagangan AS menyatakan ekonomi Negeri Paman Sam tumbuh 2,3% pada kuartal II/2015 dan merevisi data pertumbuhan PDB kuartal I/2015 dari 0% menjadi 0,6%.
Mata uang negara-negara eksportir sumber daya alam adalah yang paling terpukul. Real Brazil terdepresiasi hingga 1,21%, peso Chile jatuh 1,20%, rubel anjlok 1,12%, sedangkan ringgit ditutup merosot 0,31%.
Eric Sugandi, ekonom Standard Chartered, menyatakan rupiah sulit rebound karena tekanan faktor eksternal yang hebat di saat absennya sentimen positif dari dalam negeri.
”Di domestiknya sendiri belum ada hal yang bisa mengangkat rupiah, akan ada rilis PDB, tapi ekspektasi market enggak begitu bagus. Fokus (Bank Indonesia dan pemerintah) harus jaga volatilitas,” kata Eric.
Adapun SUN hanya bergerak tipis di pasar sekunder. Imbal hasil SUN bertenor 10 tahun hari ini naik 1 basis poin ke 8,496%.
Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pagi tadi ditetapkan di Rp13.481 per dolar AS, melemah 13 poin dari Rp13.468 yang ditetapkan pada Kamis.
Pergerakan Rupiah di Bloomberg Dollar Index
Tanggal | Level | Perubahan |
31/7/2015 | Rp13.539 | -0,60% |
30/7/2015 | Rp13.458 | -0,01% |
29/7/2015 | Rp13.456 | +0,07% |
28/7/2015 | Rp13.564 | -0,01% |
27/7/2015 | Rp13.463 | -0,12% |
Sumber: Bloomberg