Bisnis.com, JAKARTA—Rupiah meneruskan pelemahan pada Senin (27/7/2015) tertekan penurunan harga komoditas yang membuat potensi ekspor semakin suram.
Pergerakan rupiah di pasar spot berakhir dengan pelemahan 0,12% atau 16 poin ke Rp13.463 per dolar AS, setelah hari ini bergerak antara Rp13.443—Rp13.480 per dolar AS.
Rupiah kembali merosot meski nilai tukar dolar Amerika Serikat diperdagangkan melemah. Bloomberg dollar index turun 0,64% ke 96,622 pada pukul 15.57 WIB.
Rangga Cipta, ekonom Samuel Sekuritas, menjelaskan kurs rupiah terus merosot seiring semakin harga komoditas yang semakin rendah, termasuk komoditas ekspor unggulan Indonesia.
Harga minyak WTI kontrak September 2015 telah merosot selama 4 hari berturut-turut dan diperdagangkan melemah 0,42% ke harga US$47,94/barel pada pukul 15.58 WIB.
Kontrak CPO di Bursa Malaysia juga melemah di hari ke-4 dan turun 1,56% ke harga 2.144 ringgit per ton pada pukul 16.00 WIB.
“(Penurunan harga komoditas) tidak hanya mengakibatkan dolar tetap kuat, tetapi juga menurunkan harapan membaiknya ekspor serta likuiditas dollar di Indonesia,” papar Rangga.
Rupiah yang lemah menekan harga obligasi pemerintah RI di pasar sekunder. Imbal hasil SUN bertenor 10 tahun turun telah naik 6 basis poin ke 8,277% pada pukul 16.07 WIB.
Adapun nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia juga merosot ke rekor terendah baru, terdepresiasi dari Rp13.448 per dolar AS menjadi Rp13.453 per dolar AS.
Pergerakan Rupiah di Bloomberg Dollar Index
Tanggal | Level | Perubahan |
27/7/2015 | Rp13.463 | -0,12% |
24/7/2015 | Rp13.447 | -0,20% |
23/7/2015 | Rp13.420 | -0,34% |
22/7/2015 | Rp13.375 | -0,01% |
21/7/2015 | Rp13.373 | +0,16% |
Sumber: Bloomberg