Bisnis.com, JAKARTA—Rupiah kembali melemah pada Rabu (8/7/2015) tertekan gejolak bursa China dan penurunan cadangan devisa.
Rupiah hari ini ditutup terdepresiasi 0,20% di Rp13.356 per dolar AS setelah pagi tadi dibuka turun tipis 0,03% ke Rp13.334 per dolar AS. Pergerakan rupiah hari ini berkisar antara Rp13.333—Rp13.366 per dolar AS.
Kecemasan atas dampak anjloknya bursa China terhadap ekonomi negara tersebut mendorong penjualan mata uang negara berbasis komoditas ke safe haven seperti yen.
Yen hari ini melejit hingga 0,91%, sedangkan mata uang negara pengekspor bahan baku ke China seperti Australia, Thailand, dan Indonesia tertekan.
Dolar Australia hari ini sempat menyentuh level 0,7372 per dolar AS, level terendah sejak Mei 2009. Adapun baht Thailand diperdagangkan di rekor terendah 34,005 per dolar AS.
Penurunan cadangan devisa Indonesia ke level terendah dalam 1 tahun turut menekan rupiah.
Cadangan devisa yang turun dari US$110,77 miliar pada Mei ke US$108,3 miliar pada Juni menunjukkan nilai rupiah saat ini ditopang oleh intervensi BI.
Obligasi pemerintah RI diperdagangkan melemah di pasar sekunder. SUN bertenor 10 tahun mengalami kenaikan yield 14 basis poin ke 8,325% per pukul 16.06 WIB.
Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia hari ini turun dari Rp13.313 per dolar AS menjadi Rp13.346 per dolar AS.
Pergerakan Rupiah di Bloomberg Dollar Index
Tanggal | Nilai | Perubahan |
8/7/2015 | Rp13.356 | -0,20% |
7/7/2015 | Rp13.330 | +0,13% |
6/7/2015 | Rp13.347 | -0,20% |
3/7/2015 | Rp13.320 | +0,13% |
2/7/2015 | Rp13.337 | -0,09% |
sumber: Bloomberg