Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RUPIAH/US$: Mei, Nilai Tukar Rupiah Tertekan 2,06%

BPS mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Mei 2015 terdepresiasi 2,06%
Rupiah./JIBI-Rachman
Rupiah./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Mei 2015 terdepresiasi 2,06%

Kepala BPS Suryamin mengatakan nilai tukar rupiah selama Mei 2015 ini cenderung melemah di 34 provinsi Indonesia.

Pada minggu terakhir Mei 2015, nilai tukar rupiah rerata nasional berada di level Rp13.177,66 per dolar AS atau melemah dibanding minggu terakhir April 2015 yang berada di level Rp12.911,77 per dolar AS.

"Level terendah rerata kurs tengah eceran rupiah terhadap dolar AS terjadi pada minggu terakhir April 2015 tercatat di Provinsi Sumatera Utara senilai Rp12.989,42 per dolar AS dan minggu terakhir Mei 2015 terjadi di provinsi Papua Rp13.237,67 per dolar AS," ujarnya di Kantor BPS, Senin (15/6/2015).

Untuk level tertinggi, nilai tukar rupiah pada minggu terakhir April 2015 maupun minggu terakhir Mei 2015 terjadi di provinsi Kalimantan Utara dengan nilai tengah berturut-turut senilai Rp12.222 dan Rp12.975 per dolar As.

Dia menambahkan memasuki Mei 2015, jika dibandingkan dengan minggu terakhir April 2015, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara rerata di 34 provinsi melemag 84,04 poin atau 0,65%.

Depresiasi tertinggi terjadi di Provinsi Kalimanatan Utara sebesar 528 poin atau 4,32%.

"Hampir seluruh provinsi mengalami depresiasu kecuali provinsi Kalimantan Barat dimana nilai tukarnya bertahan pada level yang sama," kata Suryamin.

Pada minggu terakhir Mei 2015, lanjutnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara rerata di 34 provinsi melemag 265,89 poin atau sekitar 2,06%, dibanding kurs pada minggu terakhir April 2015.

"Pelemahan rupiah tertinggi di Provinsi Kalimantan Utara yang terdepresiasi sebesar 753 poin atau 6,16%. Depresiasi terendah terjadi di Provinsi Aceh sebesar 175 poin atau 1,35%. Periode tersebut, seluruh provinsi mengalami depresiasi," tutur Suryamin.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper