Bisnis.com, JAKARTA-- Calon emiten PT Anabatic Technologies Tbk. melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) pada 6 Juli 2015.
Berdasarkan prospektus ringkas yang dirilis perseroan, Kamis (4/6/2015), disebutkan Anabatic menerbitkan 642,85 juta lembar saham baru setara 30% dari modal ditempatkan dan disetor dengan nominal Rp100 setiap saham.
Perusahaan konsultasi, integrasi, dan pengelolaan sistem teknologi informasi ini berdiri secara resmi pada 1 November 2001. Kemudian pada 17 Maret 2015, pemegang saham memutuskan untuk mengeluarkan 807,69 juta saham baru melalui IPO.
Pemegang saham Anabatic sebelum IPO terdiri dari PT Artha Investama Jaya (50,26%), Handoko Anindya Tanuadji (17,89%), PT Sam Investama (9,08%), PT Cahaya Fajar Mentari (5,34%), PT Flaminggo Mandiri (4,23%), Handojo Sutjipto (3,56%), A.F. Warsito Hans Tanudjaja (3,20%), PT Multi Sarana Edukasi (2,68%), Rosy Merianti Tanuadji (2,13%), dan Adrian Anindya Tanuadji (1,63%).
Struktur pengurus dan pengawasan perseroan diputuskan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) pada 17 Maret 2015. Dewan komisaris terdiri dari Presiden Komisaris Handoko Anindya Tanuadji, Komisaris Alexander Felix Warsito Hans Tanudjaja, dan Komisaris Independen Betti Setiastuti Alisjahbana.
Dewan direksi terdiri dari Presiden Direktur Handojo Sutjipto, Direktur Adriansyah, Ferdinand Gunadi Abadi, Sumarto Santoso, Hendra Halim, Agus Muljady, dan Direktur Independen Felix Purwadi Mulia.
Anabatic memiliki 7 anak usaha secara langsung dan 17 entitas anak tidak langsung. Perseroan meraup penjualan Rp2,57 triliun sepanjang periode 2014, naik dari sebelumnya Rp2,48 triliun.
Pendapatan perseroan terbesar dikontribusi dari penjualan produk sebesar Rp2,07 triliun atau mencapai 80,56%, penjualan jasa Rp219,2 miliar atau 8,53%, sewa Rp9,95 miliar atau 0,39%, dan lainnya Rp270,56 miliar atau 10,53%.
Prospek usaha di bisnis ini, menurut Business Monitor International (BMI) memprediksi pertumbuhan penjualan produk dan jasa teknoligi informasi di Indonesia, baik produk piranti keras dan lunak maupun jasa teknologi informasi, dari estimasi Rp153,2 triliun pada 2014 hingga Rp271,2 triliun pada 2019.