Bisnis.com, JAKARTA – Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC) segera rumuskan rencana kerja yang akan dilaksanakan oleh 11 negara produsen karet guna mengatasi rendahnya harga karet alam.
Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Diplomasi Perdagangan Sondang Anggraini mengatakan langkah utama ANRPC adalah untuk menyeimbangkan supply-demand global melalui program-program tertentu di bidang produksi, konsumsi, social safety net, serta penelitian dan pengembangan.
Rumusan rencana aksi konkret tersebut diharapkan bisa selesai di tingkat pejabat senior sebelum dimulanya pertemuan tahunan ANRPC di Kamboja pada Oktober 2015. Negara anggota ANRPC yang akan mengikuti pertemuan tahunan tersebut a.l. Thailand, Indonesia, Malaysia, Vietnam, Tiongkok, India, Kamboja, Filipina, Papua Nugini, Sri Lanka, dan Singapura.
Dalam pertemuan khusus yang dilaksanakan di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (8/52015), disepakati negara anggota ANRPC harus lebih transparan dalam laporan statistik, termasuk mengenai rencana produksi nasional dan penyerapan karet di dalam negeri. Pasokan global yang melimpah bisa berkurang melalui langkah peningkatan penggunaan karet alam di dalam negeri.
Estimasi total produksi negara anggota ANRPC tahun 2015 adalah 11,37 juta ton atau memiliki pangsa produksi sebesar 89% dari produksi global. Jumlah produksi global tahun 2015 diprediksi sejumlah 12,769 juta ton dan konsumsi global sebesar 12,758 juta ton. Surplus produksi karet alam di tahun 2015 dapat ditekan hanya sekitar 11 ribu ton.
Saat ini, Thailand menduduki peringkat pertama sebagai negara produsen dengan produksi sejumlah 4,3 juta ton diikuti Indonesia dan Vietnam dengan produksi masing-masing 3,1 juta ton dan 954 ribu ton.
“Negara produsen nomor satu dan dua dunia, yaitu Thailand dan Indonesia, telah memprogramkan secara signifikan untuk menaikkan konsumsi domestiknya,” lanjut Sondang.