Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Emiten di LQ-45 Kuartal I/2015 Terkoreksi, Simak Rinciannya

Kinerja 41 emiten yang tergabung dalam LQ-45 pada triwulan pertama tahun ini terbilang jeblok. Total pendapatan emiten hanya tumbuh 2,57% dengan laba bersih terkoreksi 5,15%.
Laba emiten yang tergabung di LQ45 turun/ilustrasi
Laba emiten yang tergabung di LQ45 turun/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA-- Kinerja 41 emiten yang tergabung dalam LQ-45 pada triwulan pertama tahun ini melemah. Total pendapatan emiten hanya tumbuh 2,57% dengan laba bersih terkoreksi 5,15%.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis.com, sebanyak 41 emiten LQ-45 telah mengumumkan laporan keuangan kuartal I/2015. Sedangkan, empat emiten yang belum merilis kinerja adalah PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE), PT Excel Axiata Tbk. (EXCL), PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG).

Dari 41 emiten tersebut, sebanyak 40 emiten membukukan laba bersih dengan total Rp42,64 triliun pada periode Januari-Maret 2015, dibandingkan dengan tahun lalu Rp44,96 triliun. Sedangkan, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. menjadi satu-satunya emiten yang menderita rugi bersih Rp240,2 miliar turun 15,5% dari sebelumnya Rp272,6 miliar.

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. berhasil menduduki posisi jawara dengan lonjakan pertumbuhan laba bersih paling tinggi sebesar 74,71% year-on-year. Emiten berkode saham WSKT tersebut meraup laba Rp11,95 miliar dari sebelumnya Rp6,84 miliar.

Sebaliknya, PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) menjadi emiten paling menderita karena kemerosotan laba bersih hingga 80,11% y-o-y. Anak usaha PT Astra International Tbk. (ASII) tersebut mengantongi laba bersih Rp156,09 miliar dari sebelumnya Rp784,6 miliar.

Pada periode yang sama, total pendapatan 41 emiten tersebut mencapai Rp277,69 triliun. Perolehan itu hanya naik 2,57% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu Rp270,71 triliun.

PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) menempati posisi puncak pertumbuhan pendapatan sebesar 41,51% y-o-y. Emiten properti ini meraup pendapatan Rp1,16 triliun dari sebelumnya Rp825,05 miliar.

Berkebalikan, PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) harus menelan pil pahit karena menjadi emiten dengan kemerosotan pendapatan tertinggi hingga 30,59%. PP London Sumatra meraup pendapatan Rp888,47 miliar lebih rendah dari sebelumnya Rp1,27 triliun.

Direktur Utama PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. Tedy Badrujaman mengatakan rugi bersih perseroan pada kuartal I tahun ini diakibatkan oleh beban lain-lain yang bersifat non kas. Penjualan Antam meningkat 24,45% menjadi Rp2,86 triliun dari Rp2,3 triliun.

"Di tahun 2015 kami menargetkan peningkatan penjualan feronikel dan emas, selain tetap melakukan efisiensi yang agresif," ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis akhir pekan lalu.

Sebagai peraih pertumbuhan laba tertinggi, Direktur Keuangan Waskita Karya Tunggul Rajagukguk membidik perolehan laba bersih Rp650 miliar sepanjang tahun ini. Bahkan, bila right issue senilai Rp5,3 triliun berjalan mulus, perseroan optimistis dapat mengantongi laba hingga Rp1 triliun.

Sementara itu, PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) membukukan peningkatan laba bersih 7,2% pada kuartal I/2015 menjadi Rp528,65 miliar dari Rp493,1 miliar. Penjualan bersih tercatat meningkat tipis 4,4% menjadi Rp4,24 triliun dari Rp4,06 triliun.

Vidjongtius, Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan Kalbe Farma, memastikan untuk merevisi target perolehan laba bersih dan penjualan sepanjang tahun ini akibat adanya kasus penarikan obat baru-baru ini.

Dia mengatakan pada awal tahun ini, perseroan mengumumkan pertumbuhan laba bersih sebesar 14%-16% sepanjang periode 2015. Namun demikian, perseroan memutuskan untuk merevisi target dengan pertimbangan situasi makro ekonomi yang cenderung melemah dan belum stabil serta faktor internal seperti dampak penarikan produk.

"Kami merevisi target menjadi 9% - 11% untuk pertumbuhan laba bersih," ungkapnya secara terpisah.

Lebih lanjut, perseroan juga merevisi pertumbuhan penjualan bersih sepanjang tahun ini menjadi 7%-9% dari target awal tahun sebesar 14%-16%. Namun, perseroan mempertahankan target marjin laba operasional pada level 16%-17%.

Jebloknya kinerja emiten, langsung mendapat reaksi dari investor. Tengok saja, indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 7,83% sepanjang April 2015. Padahal, IHSG sempat menguat 5,48% yang dicapai dalam tiga bulan sebelumnya.

Indeks Bursa Efek Indonesia (BEI) bahkan menjadi pasar saham terjeblok di Asia Pasifik dengan koreksi 2,69% year-to-date per Akhir April 2015. IHSG terjerembab paling dalam bersama dengan bursa India yang terkoreksi 1,84% sejak awal tahun ini.

Pada penutupan perdagangan Kamis (30/4), IHSG ditutup turun 0,37% ke level 5.086,43 atau titik terendah sepanjang tahun ini. Rekapitulasi perdagangan BEI mencatat penjualan bersih investor asing pada hari terakhir perdagangan pekan ini sebanyak 92,92 juta lembar saham.

Akan tetapi, nilai penjualan bersih investor asing mencapai lebih dari Rp1,32 triliun. Selama pekan kemarin, asing melakukan aksi jual bersih dengan total mencapai Rp7,09 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper