Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar Menguat Jelang Testimoni Yellen

Jelang testimoni Gubernur Federal Reserve Janet Yellen, nilai dolar terapresiasi terhadap hampir seluruh mata uang dunia.

Bisnis.com, WASHINGTON--Jelang testimoni Gubernur Federal Reserve Janet Yellen, nilai dolar terapresiasi terhadap hampir seluruh mata uang dunia. Pasar menantikan sinyal yang lebih jelas dari the Fed terkait momen kenaikan suku bunga acuan AS atauFeds fund rate.

Mengutip fluktuasi nilaigreenbackdari Bloomberg Dollar Index pada perdagangan Selasa (24/2/2015) dolar tercatat menguat terhadap seluruh mata uang utama yang dipantau indeks tersebut, yakni euro, poundsterling, yen, dolar Australia, dolar Kanada dan franc Swiss.

Sementara itu di wilayah Asia Pasifik, hanya dolar Taiwan dan rupee yang berhasil mempertahankan posisinya terhadap dolar sedangkan di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika rubel menjadi satu-satunya mata uang yang menguat.Dollar spot indexmerangkak ke posisi tertinggi sejak awal bulan ini dan terpantau menguat 0,24% menjadi 1.171,60 pada transaksi hari ini.

Testimoni Janet Yellen dalam kongres sepertinya akan membuka sedikit informasi seputar kebijakan moneter, kata Analis Senior BNP Paribas SA Paul Mortimer-Lee, seperti dikutip dariBloomberg. Yellen dijadwalkan berbicara pada kongres tahunan pada Selasa malam WIB.

Analis nilai tukar dari Westpac Banking Corp. Sean Callow menilai Yellen seharusnya mulai menaikkan suku bunga pada Juni tahun ini alih-alih menundanya terus menerus di tengah data perekonomian yag dinilai sudah sangat membaik. Kami memandang dolar akan terus menguat karena dorongan testimony Yellen, ungkap Callow.

Sementara itu di pasar mata uang, nilai tukar dolar Australia melorot paling tajam terhadap dolar di antara mata uang utama. Nilai AUD-USD tergerus 0,78% menjadi 0,77. Di Asia Pasifik dolar Taiwan dan rupee menguat tipis masing-masing 0,20% dan 0,02% sedangkan di Eropa rubel menguat tajam hingga 0,96% ke level 63,09 per dolar AS.

Di sisi lain, belakangan muncul perdebatan bahwa kenaikan suku bunga justru akan melukai pertumbuhan ekonomi AS akibat disparitas kebijakan moneter yang terlalu tajam dan melambungkan nilai dolar. Apresiasi besar-besaran nilai dolar sudah dikeluhkan para pelaku pasar, terutama dari sektor manufaktur.

Pasalnya, penguatan dolar di tengah tren pelonggaran moneter global diklaim mengikis daya saing produk asal Negeri Paman Sam. Padahal, AS juga menghadapi bayang-bayang perlambatan ekonomi global dan ancaman deflasi akibat perlemahan harga minyak dunia.

Dalam rilis notulensi pertemuanFed Open Market Committee(FOMCminutes) Januari, pejabat the Fed menyatakan otoritas moneter itu akan lebih bersabar soal keputusan menambah dosis pengetatan moneter.

Sikap itu juga memunculkan dugaan bahwa the Fed berancang-ancang masuk ke arena perang kurs yang melibatkan negara maju maupun negara global melalui kebijakan moneter longgar guna menjaga nilai mata uang pada level lemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Sumber : bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper