Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mentah Indonesia: Januari Anjlok 23,94%

Harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) di awal 2015 anjlok 23,94% dibandingkan dengan ICP bulan Desember 2014.

Bisnis.com, JAKARTA - Harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) di awal 2015 anjlok 23,94% dibandingkan dengan ICP bulan Desember 2014.

Tim Harga Minyak Indonesia menyatakan ICP Januari 2015 mencapai US$45,30 per barel atau turun US$14,26 per barel dari Desember 2014 yang mencapai US$59,56 per barel.

Sementara itu,  harga minyak mentah andalan Indonesia, Minas/SLC juga anjlok 24,06% yakni sekitar US$45,56 per barel atau turun US$14,44 per barel dari bulan sebelumnya yang mencapai US$60 per barel.

Tim harga minyak menilai penurunan ICP tersebut sejalan dengan perkembangan harga minyak mentah utama di pasar internasional yang juga melemah.

Pelemahan harga di pasar global diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain meningkatnya pasokan minyak mentah OPEC khususnya dari Irak.

Pasalnya, produksi minyak mentah Irak mencapai 4 juta barel per hari atau meningkat kurang lebih 300 barel per hari dibandingkan proyeksi bulan sebelumnya.

Padahal, berdasarkan publikasi IEA Januari 2015, proyeksi permintaan minyak global 2015 hanya sebesar 93,3 juta barel per hari atau turun 0,01 juta barel per hari dibandingkan proyeksi bulan sebelumnya.

Di sisi lain, EIA (Energy Information Administration) Amerika Serikat melaporkan tingkat stok mingguan minyak mentah komersial Amerika Serikat seperti gasoline dan distillate fuel oil selama Januari 2015 mengalami kenaikan dibandingkan dengan Desember 2014.

Stok minyak mentah AS pada bulan lalu naik 21,2 juta barel dari 385,5 juta barel pada Desember 2014 menjadi sebesar 406,7 juta barel pada Januari 2015.

Bahkan, stok gasoline AS pada Januari 2015 naik 9,3 juta barel dari 229 juta barel pada Desember 2014 menjadi sebesar 238,3 juta barel.

Stok distillate fuel oil AS pada bulan lalu juga naik 7 juta barel dari 125,7 juta barel pada Desember 2014 menjadi sebesar 132,7 juta barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lukas Hendra TM
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper