Bisnis.com, JAKARTA—Harga tembaga diprediksi terdongkrak oleh potensi kenaikan permintaan dari China. Tembaga kemarin ditutup di harga Rp70,82 juta per ton di bursa LME.
Potensi kenaikan permintan tembaga murni (refined) dari China tampak dari anjloknya impor tembaga bekas (scrap) oleh negara tersebut. China hanya mengimpor 3,9 juta ton scrap tembaga pada 2014, volume terendah sejak 2004.
Ian Roper, analis komoditas CLSA Ltd, mengatakan kenaikan permintaan dari China akan mendongkrak harga tambaga di pasar komoditas metal London yang saat ini terus merosot.
“Saat smelter tembaga scrap di China memangkas produksi, China akan membeli lebih banyak lagi tembaga murni dan itu akan membuat pergerakan harga [tembaga] di LME berbalik,” kata Roper seperti dikutip Bloomberg, Jumat (23/1/2015).
Harga tembaga di LME dalam 12 bulan terakhir anjlok 22%. Kontrak tembaga untuk pengiriman Maret 2015 diperdagangkan turun 1,88% ke harga US$5.678 atau sekitar Rp70,82 juta per ton pada penutupan 22 Januari 2015.
Di Bursa COMEX, New York, kontrak tembaga pengiriman Maret 2015 turun 1,49% ke US$254 per pound atau sekitar Rp70,54 juta per ton pada pukul 13.00 WIB.