Bisnis.com,BALIKPAPAN – Dinas Perkebunan Kalimantan Timur menyatakan petani lada putih di Kalimantan Timur tengah menikmati harga jual yang tinggi yaitu Rp136.000 per kilogram. Kondisi ini akan mendorong area penanaman baru.
Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Etnawati dalam pernyataan resminya mengatakan produksi lada Kaltim dalam beberapa tahun belakangan terus turun akibat berkurangnya areal penanaman tanaman tersebut.
Dia menjelaskan lahan-lahan lada yang ada sedikit demi sedikit berubah fungsi menjadi lahan pertanian dan perkebunan tanaman lain. Masyarakat, ungkapnya, terpaksa mengkonversi lahan ladanya dengan tanaman lain yang memberi nilai ekonomi lebih tinggi.
“Dengan harga penjualan tinggi, diharapkan petani dapat menikmati penghasilan yang lebih baik dan dapat mengembalikan kejayaan lada di Kaltim,” katanya, Senin (19/1/2015).
Dia mengungkapkan lada Kaltim merupakan plasma nutfah asli daerah yang rencananya akan disulkan untuk dijadikan benih unggulan nasional. Dia pun yakin lada Kaltim sudah terkenal sejak lama, selain lada Bangka maupun lada hitam asal Lampung.
“Kaltim ini merupakan salah satu sentra pembudidaya lada terbesar di Indonesia,” ungkapnya.
Etnawati mengungkapkan pada era 1980an hingga 1990an, jala sepanjang Samarinda – Balikpapan terhampar kebun-kebun lada milik petani lokal. Namun saat ini sebagian besar sudah beralih ke komoditas lain selain lada. Penyebabnya adalah turunnya harga lada di pasar.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Kaltim, luas lahan sejak 2009 hingga 2013 terus menurun. Tercatat pada 2009, luas lahan lada di kaltim mencapai 8,19 juta hektare (ha), pada 2010 seluas 8,07 juta ha, pada 2011 seluas 7,76 juta ha, pada 2012 seluas 7,31 juta ha dan pada 2013 seluas 6,6 juta ha.
Sementara produksi pada periode itu tercatat pada 2009 sebesar 7.354 ton, pada 2010 sebesar 7.311 ton, pada 2011 sebesar 7.290 ton, pada 2012 sebesar 6.830 ton dan pada 2013 produksi kembali turun menjadi 6.818 ton.