Bisnis.com, JAKARTA--Hasil riset terbaru Aging Asia yang dikeluarkan Manulife Asset Management mengungkapkan sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap remeh tingkat pengeluaran yang akan mereka butuhkan di masa pensiun.
Riset tersebut menganalisis pola pengeluaran di masa pensiun pada enam negara yang berada di wilayah Asia dan membandingkannya dengan hasil survei mengenai perkiraan tingkat pengeluaran di masa pensiun pada negara-negara tersebut.
Hasil riset menunjukkan masyarakat Indonesia memperkirakan tingkat pengeluaran mereka di masa pensiun akan turun menjadi 68% dibanding masa sebelum pensiun.
Pada kenyataannya, tingkat pengeluaran para pensiunan saat ini sekitar 94% dari pengeluaran saat sebelum pensiun. Hal ini menegaskan pentingnya mengalokasikan kekayaan secara efisien agar kebutuhan-kebutuhan di masa pensiun dapat terpenuhi.
Legowo Kusumonegoro, Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia mengatakan lebih dari 77% responden survei menyatakan btelah siap secara finansial menghadapi masa pensiun. Namun demikian, hasil riset mengungkapkan bahwa tampaknya masyarakat meremehkan tingkat simpanan yang dibutuhkan untuk menopang pengeluaran di masa pensiun.
Tingkat pengeluaran di negara-negara tersebut tidak turun, bahkan meningkat di Jepang dengan komposisi pengeluaran berubah secara signifikan.
Adapun pengeluaran untuk pendidikan, transportasi, dan komunikasi menurun, pengeluaran yang terkait dengan perumahan, kesehatan, makanan dan minuman justru meningkat, dalam beberapa kasus porsi peningkatannya melebihi porsi penurunan yang terjadi pada kategori lainnya.
Hal ini mencerminkan tantangan bagi para investor di Indonesia. Adapun laporan ini juga menyoroti pentingnya memastikan seluruh potensi sumber pendapatan di masa pensiun telah dikerahkan dengan efisien, termasuk gaji dan upah, jaminan sosial dari pemerintah, dana pensiun, dukungan keluarga, dan pendapatan yang berasal dari kekayaan rumah tangga.
“Dari lima sumber pendapatan di masa pensiun tersebut, menurut kami yang paling penting adalah memaksimalkan potensi pendapatan yang berasal dari kekayaan rumah tangga,” ujar Legowo di Jakarta, Rabu (15/10).
Dia menilai, sebaiknya jangan menggantungkan diri kepada pihak lain, baik itu pemberi kerja, program pensiun, jaminan sosial dari negara, maupun ketergantungan kepada dukungan keluarga.
Dengan menyisihkan sebagian dari penghasilan secara teratur dan menginvestasikannya pada aset yang berpotensi memberikan imbal hasil yang lebih tinggi daripada deposito, seperti saham dan obligasi, menurutnya, masyarakat Indonesia dapat lebih siap dalam memenuhi kebutuhan di masa pensiun yang ternyata relatif lebih tinggi dari yang diperkirakan.
Namun, masih banyak masyarakat Indonesia yang merasa tidak memiliki keahlian dalam memilih investasi yang memiliki potensi imbal hasil yang menarik.
“Untuk menjembatani hal ini, kami telah meluncurkan program edukasi yang berfokus pada 3i – insyaf, irit, invest – dan mengenalkan reksa dana sebagai pilihan investasi yang mudah, nyaman, dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.”