Bisnis.com, JAKARTA— Investor harus memnafaatkan volatilitas pasar saham sebagai saat tepat bagi investor jangka panjang untuk berinvestasi.
Putut Endro Andanawarih, Director of Business Development PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, mengatakan pasar di dalam negeri memang akan mengahadapi beberapa tantangan serius seperti rencana penaikan suku bunga The Fed dan ancaman inflasi akibat wacana penaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Namun, dia optimistis kinerja reksadana berbasis saham akan menunjukkan performa bagus di masa mendatang.
Putut menyarankan investor yang berorientasi jangka panjang tidak buru-buru melepas portofolionya meski indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak volatil. Kondisi ini justru harus dimanfaatkan dengan memasuki pasar untuk meraup keuntungan di masa mendatang.
“Buat investor yang ingin berinvestasi untuk dana pensiun misalnya, enggak perlu pusing dengan apa yang terjadi di pasar saat ini. Karena orientasinya jangka panjang. Justru kalau dia tidak investasi sekarang kerugiannya lebih besar,” katanya, Senin (13/10/2014).
Dia menambahkan, manajer investasi akan merespons gejolak pasar dengan meracik ulang portofolionya. Hal ini dilakukan untuk menjaga keuntungan investor dalam jangka panjang. Ke depan, dia memprediksi minat investor terhadap reksadana saham semakin tinggi. Ini akan beranding lurus dengan keuntungan yang akan didapatkan.
Kendati demikian, dia tidak menampik jika kebutuhan investor terhadap instrumen investasi berbeda-beda. Untuk investor yang mengincar keuntungan besar dalam jangka panjang, reksadana saham bisa menjadi pilihan. Sementara itu, bagi investor yang menginginkan keuntungan jangka pendek bisa memilih reksadana tetap yang berbasis obligasi.
“Memang enggak ada rumus baku mana yang lebih menguntungkan. Kalau siap ngambil resiko ya ambil reksadana saham,” tambahnya.