Bisnis.com, JAKARTA– Dolar Amerika Serikat terpuruk menuju koreksi harian tertinggi sejak Mei 2014 di tengah spekulasi mata uang itu telah menguat terlalu tinggi dan cepat dalam sebulan terakhir.
Mata uang Selandia Baru melonjak lebih dari 1% dan dolar Australia reli setelah regulator melonggarkan pembatasan pemilikan properti di China, yang merupakan rekan perdagangan terbesar Negeri Kanguru itu.
Mata uang euro rebound jelang pertemuan bank sentral Eropa (ECB) yang digelar Kamis (2/10/2014). Dolar AS melemah terhadap yen Jepang selama dua hari berturut-turut kemarin untuk pertama kalinya sejak 2008.
Marito Ueda, Senior Managing Director FX Prime Corp di Tokyo, mengatakan dolar AS masih dalam fase konsolidasi seteleh menyentuh level 110 yen per dolar AS, dan mata uang lain yang sempat oversold terhadap dolar AS kini tengah diburu kembali.
“Para investor sedang menyesuaikan posisi mereka jelang pertemuan ECB, saat penguatan dolar AS akhir-akhir ini berjalan terlalu cepat,” ujarnya seperti dikutip Bloomberg, Kamis (2/10/2014).
Berdasarkan data Bloomberg Dollar Index, dolar AS anjlok 0,44% ke level 85,594 pada pukul 11:01 WIB. Sebelumnya euro telah jatuh 10% terhadap mata uang AS itu sejak Mei 2014, setelah ECB meluncurkan stimulus terbaru.