Bisnis.com, LONDON - OPEC menurunkan perkiraan kebutuhan pasokan minyak dalam 3 tahun mendatang, seiring dengan output shale di Amerika Utara akan mengurangi ketergantungan pada kelompok produsen minyak tersebut.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak memperkirakan kebutuhan pemompaan minyak mentah pada tahun depan hanya rata-rata 29,2 juta barel per hari, sekitar 200.000 per hari lebih rendah dari perkiraan bulan lalu.
Kelompok ini memperkirakan pasokan dari negara-negara di luar OPEC dengan jumlah yang sama. Perubahan ini menyiratkan bahwa 12 anggota OPEC perlu memangkas produksi sekitar 1,1 juta barel per hari dari rata-rata 30,3 juta barel per hari yang mereka produksi pada Agustus.
Kontrak berjangka Brent turun di bawah US$ 100 per barel pada 8 September untuk pertama kalinya dalam 14 bulan terakhir di tengah pengurangan konsumsi global, pembengkakan keluaran AS dan spekulasi bahwa ancaman pasokan Irak, Libya, dan Rusia yang memudar.
Pada tahun depan, produksi minyak mentah AS diproyeksikan akan mencapai angka tertinggi dalam 45 tahun, sehingga menekan harga dan mengurangi kebutuhan untuk impor, demikian Administrasi Informasi Energi AS, kemarin.
"Kekhawatiran pasokan tampaknya surut, karena ketegangan geopolitik di Ukraina dan Timur Tengah belum menyebabkan gangguan pasokan utama," kata sekretariat OPEC yang berbasis di Wina dalam laporan pasar minyak bulanan.
Saudi Berkurang
Sebanyak 12 negara anggota OPEC menaikkan output sekitar 230.900 barel per hari menjadi 30,35 juta hari pada Agustus setelah pasokan dari Libya pulih, sementara itu Angola dan Nigeria juga meningkatkan produksi, demikian sumber-sumber sekunder yang dikutip oleh laporan itu.
Arab Saudi, produsen kelompok terbesar dan de facto pemimpin produksi, memangkas produksi 55.200 barel per hari menjadi hanya 9,86 juta barel per hari.
Anggota OPEC adalah Aljazair, Angola, Ekuador, Iran, Irak, Kuwait, Libya, Nigeria, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Venezuela. Organisasi ini akan menggelar pertemuan pada 27 November di Wina.
International Energy Agency, penasihat negara penghasil minyak yang berbasis di Paris, akan menerbitkan laporan bulanan besok.