Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah kondisi industri baja dunia yang tengah lesu, PT Saranacentral Bajatama Tbk. (BAJA) justru mencatat kenaikan laba bersih hingga 4.689%.
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2014, laba bersih BAJA mencapai Rp32,363 miliar atau naik 4.689% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp675,67 juta.
Adapun penjualan bersih perusahaan mencapai Rp572,33 miliar atau tumbuh 10,98% dari perolehan Rp515,68 miliar.
Sementara itu, beban pokok penjualan perusahaan naik 7,06% dari Rp494,09 miliar menjadi Rp528,98 miliar.
Salah satu penopang kenaikan laba bersih karena untung kurs yang dialami perusahaan.
Keuntungan dari kurs mata uang asing yang diperoleh BAJA senilai Rp9,54 miliar.
Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan mengalami rugi kurs hingga Rp12,79 miliar.
Kemudian, penghasilan dan beban lain-lain juga meningkat menjadi Rp5 miliar dari perolehan periode sebelumnya yang senilai Rp4,25 miliar.
Handaja Susanto, Sekretaris Perusahaan BAJA mengatakan keuntungan dari kurs merupakan faktor utama yang membuat perusahaan mencetak laba tinggi.
“Kami memiliki utang jangka panjang dalam mata uang dolar Amerika Serikat yang belum kami lunasi, setiap kali ada pergerakan kurs memberikan pengaruh, akan ada keuntungan kalau rupiah melemah,” kata Handaja ketika dihubungi Bisnis, belum lama ini.
Selain itu, perusahaan juga memperbanyak porsi pembelian bahan baku dari dalam negeri dibandingkan dengan impor.
Bila seluruh bahan baku diperoleh dari impor, tentu akan menggerus laba. Perusahaan juga sudah tidak melakukan ekspor lagi sejak 2013.
“Sekarang ini lebih untung menjual di dalam negeri, ekspor susah karena harga.”