Bisnis.com, JAKARTA— Kurs rupiah berfluktuasi, namun tetap bertengger di bawah level Rp12.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Rabu (2/7/2014).
Pada pk. 10:01 WIB rupiah bertengger di Rp11.885 per dolar AS atau melemah 0,18%, dan bergerak di kisaran 11.828—11.909.
Berikut prediksi pergerakan rupiah atas dolar AS, dari riset yang diterima hari ini, Rabui (2/7/2014):
Equity Technical Analyst AAA Securities Wijen Pontus
Posisi rupiah yang kemarin sempat menyentuh 12.100, mengkonfirmasi bahwa level 12100 menjadi puncak dari wave (v) dari wave [i] sudah selesai terbentuk.
Saat ini rupiah berada di wave (a) dari wave [ii], seharusnya, dalam waktu beberapa minggu ke depan, rupiah masih berpeluang menguat ke level 11.600, dengan kisaran gerakan di 11.600—11.950.
Meskipun begitu, mengingat rupiah masih berada di wave (a), bisa jadi rupiah kembali melemah terbatas ke level 11.900-11.950 dalam waktu dekat untuk membentuk wave (b).
Sebagai catatan, posisi Elliott Wave Oscillator yang sudah golden cross dengan Elliott Wave Accelerator, dan MACD yang juga sudah golden cross menunjukkan bahwa rupiah untuk mid to long term masih akan terus melemah, dan bukan mustahil di tahun 2014 ini, rupiah akan menginjakkan kaki ke level 12.500-12.700.
Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir
Pada grafik harian, turunnya indikator MACD dan stochastic dapat menyediakan kesempatan penguatan bagi rupiah. Namun, rupiah perlu mencatatkan level penutupan harian yang semakin rendah setiap harinya untuk melanjutkan momentum penguatan.
Kegagalan dapat mengembalikan tekanan pelemahan. Sentimen pelemahan masih terjaga seiring rupiah masih diperdagangkan di atas MA 50-100-200 harian.
Serangkaian publikasi data Indonesia kemarin memberikan gambaran yang mixed. Redanya inflasi dan naiknya aktivitas manufaktur memberikan harapan akan berlanjutnya momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun, buruknya kinerja ekspor menimbulkan kekhawatiran bahwa surplus neraca perdagangan di bulan Mei mungkin tidak akan berkebelanjutan. Ini dapat menggerogoti harapan akan segera membaiknya defisit neraca transaksi berjalan (current account) Indonesia.
Ini mungkin akan memberikan sentimen negatif untuk rupiah.
Investor juga terlihat waspada menjelang pemilu presiden pada 9 Juli 2014.