Bisnis.com, JAKARTA - Australia memangkas perkiraan harga bijih besi untuk tahun ini dan 2015 sekaligus memprediksi bahwa lonjakan produksi akan mendorong kompetisi di antara perusahaan pelayaran berbiaya rendah dan memaksa pemasok di China untuk tutup.
Harga bahan mentah itu akan mencapai rata-rata US$105 per ton tahun ini dari perkiraan US$110 pada Maret, menurut Bureau of Resources and Energy Economics sebagaimana dikutip Bloomberg, Rabu (25/6/2014). Sementara itu, harga rata-rata pada 2015 akan mencapai US $97 per ton atau turun dari US$103 sebagaimana diperkirakan pada Maret.
“Harga bijih besi yang melemah tampaknya tidak akan mempengaruhi tingkat produksi sebagian besar bijih besi yang dihasilkan di Pilbara yang biaya produksinya termasuk yang terendah di dunia,” menurut biro tersebut.
Pilbara merupakan kawasan tambang utama di Australia yang menjadi pengekspor bijih besi terbesar dunia.
“Pada posisi harga saat ini, proporsi produksi domestik China yang besar masih dinilai sebagai faktor pembuat kerugian,” menurut biro tersebut.