Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Sebut Pelemahan Rupiah Terpengaruh Konflik Irak dan the Fed

Bank Indonesia melihat pelemahan tajam rupiah hingga sempat mencapai Rp12.000 per dolar Amerika Serikat dipengaruhi oleh sentimen atas ketegangan di Irak di samping antisipasi terhadap keputusan bank sentral AS the Fed dalam pertemuan hari ini.
Rupiah melemah. Terpengaruh Konflik Irak dan the Fed/Bisnis
Rupiah melemah. Terpengaruh Konflik Irak dan the Fed/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia melihat pelemahan tajam rupiah hingga sempat mencapai Rp12.000 per dolar Amerika Serikat dipengaruhi oleh sentimen atas ketegangan di Irak di samping antisipasi terhadap keputusan bank sentral AS the Fed dalam pertemuan hari ini.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia mengatakan eskalasi konflik politik sektarian di Irak meningkatkan kekhawatiran akan gangguan pasokan yang memicu kenaikan harga minyak dunia lebih lanjut.

Di AS, harga minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli mendekati US$107 per barel di New York Mercantile Exchange, level tertinggi dalam 9 bulan terakhir.

Sementara itu, di London, harga minyak mentah Brent North Sea yang cenderung bereaksi lebih besar terhadap faktor geopolitik internasional dibandingkan WTI, sempat naik US$48 sen menjadi di US$112,94 per barel.

Dolar Amerika Serikat menjadi salah satu safe haven jika harga minyak di pasar internasional terus menanjak.

Sementara itu, data ekonomi Negeri Paman Sam yang jauh lebih baik dari perkiraan membuat pasar menduga the Fed akan mempercepat program pengurangan pembelian obligasinya dan rencana penaikan suku bunga the Fed yang saat ini mendekati nol.

Manufaktur AS terus berekspansi dan pada saat yang sama inflasi Mei melesat lebih cepat dari prediksi, yakni 0,4%, laju tertinggi sejak Februari 2013, setelah bulan sebelumnya mencapai 0,3%.

Ekonom sebelumnya memperkirakan the Fed bulan ini kembali memangkas stimulus moneternya US$10 miliar menjadi US$35 miliar.

"Dua hal itu mengakibatkan pelemahan mata uang regional, termasuk rupiah. Ini hanya sementara. Tadi memang sempat menyentuh level Rp12.000 per dolar AS, tapi sekarang sudah di bawah Rp12.000 lagi," kata Tirta, Rabu (18/6/2014).

Penguatan tipis ini, lanjut Tirta, bukan karena intervensi bank sentral, melainkan murni mekanisme pasar.

BI mencatat kurs tengah siang ini ditutup Rp11.978 per dolar AS, melemah 0,97% dari penutupan sehari sebelumnya.

Sementara itu, Bloomberg Dollar Index mencatat rupiah terdepresiasi 0,86% ke level Rp11.995 per dolar AS pukul 15.30 WIB. Depresiasi ini yang terlemah di antara mata uang regional lainnya.

Adapun dalam keputusan sementara pemerintah dengan DPR, asumsi nilai tukar rata-rata rupiah dipatok Rp11.600 per dolar AS sekalipun realisasi hingga April sudah Rp11.744 per dolar AS.

BI, kata Tirta, meyakini persepsi investor terhadap Indonesia sejauh ini masih baik, terbukti dari arus masuk modal (capital inflow) yang masih mengalir hingga mencapai Rp138 triliun sampai pertengahan Juni.

Bank sentral optimistis persepsi positif itu akan bertahan dan membuat kurs rupiah rebound.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper