Bisnis.com, JAKARTA – Meski PT Indosat Tbk. (ISAT) tidak memperoleh perpanjangan izin pengelolaan filling satelit di slot orbit 150,5 derajat bujur timur, Moody's Investor Service tetap menilanya dengan prospek stabil.
Emiten telekomunikasi itu tidak lagi mengelola filling satelit sejak 1 September 2015 setelah Menteri Komunikasi dan Informatika tidak memperpanjang hak pemanfaatan filling satelit lewat surat, 26 Maret lalu.
Izin pengelolaan lantas diberikan kepada Bank Rakyat Indonesia yang sudah menyiapkan investasi hingga US$250 juta.
Kondisi tersebut tidak membuat peringkat dan prospek Indosat di mata Moody's Investor Service merosot. Lembaga pemeringkat itu juga menyandangkan prospek stabil pada Indosat dengan peringkat Ba1 atas corporate family rating, issuer rating, dan Bkd senior unsecured.
Pada 2013 pendapatan ISAT mencapai 23,9 triliun mendudukkan ISAT sebagai operator selular terbesar kedua di Indonesia dari segi pendapatan dengan pangsa pasar pendapatan sekira 23%. Dengan Jumlah pelanggan per Desember 2013 sebanyak 59,6 juta, ISAT berada di urutan ketiga operator telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar pelanggan sekitar 21%.
Indosat berada di posisi ketiga operator jaringan mobile di Indonesia yang memiliki jumlah base transceiver station (BTS) terbanyak, yakni 24.280 BTS per Desember 2013. Sekitar 1/3 BTS Indosat berada di luar Pulau Jawa sehingga memungkinannnya untuk mengkapitalisasikan peluang pertumbuhan di pasar berkembang.
Bisnis selularnya menyumbang 81,2% terhadap total pendapatan, data dan fixed-broadband berkontribusi 37%, dan layanan fixed-voice menyumbang 5,1%. Pendapatan selular dan fixed-data masing-masing merosot 2,8% dan 1,5% pada 2013 dari 2012. Adapun, pendapatan fixed voice naik 24,1%.
"Kami memperkirakan pertumbuhan pendapatan pada segmen percakapan dan SMS yang sudah jenuh melambat sekitar 5%-6%, tetapi dapat dikompensasikan dengan pertumbuhan pendapatan layanan data sebesar 10%-15%," tulis Moody’s Investor Service dalam keterbukaan informasi, Jumat, (25/4/2014).
Kinerja ISAT sepanjang 2013 lebih lemah dari perkirakaan Moody’s. Namun, bisa tetap bertahan di peringkat Ba1 dengan prospek stabil. Pendapatan tumbuh sekitar 6,4% year-on-year (YoY) menjadi Rp23,9 triliun pada 2013, didorong menguatnya pertumbuhan pendapatan data dan layanan bernilai tambah. Jumlah pelanggan mobile tumbuh 1,9% YoY dan average revenue per user (ARPU) blended naik 3% menjadi Rp27.700 dari Rp26.800.
Laba usaha turun 52% YoY karena tingginya biaya pemeliharaan, biaya interkoneksi, dan biaya restrukturisasi dan hukum. EBITDA pada 2013 sebesar Rp10,4 triliun dengan marjin EBITDA 43,5%, sedangkan pada 2012 EBITDA sebesar Rp10,5 triliun dengan marjin EBITDA 47%.
"Kami memprediksi marjin EBITDA menyusut bertahap karena matangnya industri dan kian dalamnya penetrasi mobile, mengarah ke tingginya tingkat kompetisi. Marjin EBITDA penyesuaian, sekitar 49% per Desember 2013, tetap kuat untuk kategori peringkat," tulis Moody’s.