Bisnis.com, JAKARTA—PT Sucorinvest Central Gani segera mengantar dua perusahaan tambang melantai di bursa pada tahun ini, dengan nilai emisi keduanya masing-masing sekitar Rp500 miliar.
Direktur Utama Sucorinvest Central Gani Ratih D. Item mengatakan satu perusahaan bergerak di tambang batu bara, dan yang satunya lagi bergerak di tambang nikel.
“Satu related batu bara, satu lagi nikel. Dua-duanya bergerak di sumber daya alam. Untuk yang nikel sementara kami sendiri [jadi underwriter], kami belum terfikir mau mengajak siapa. Untuk yang batu bara kami gandeng sekuritas lain,” ujarnya, Kamis (24/4/2014).
Ratih mengatakan keduanya akan menggunakan buku laporan keuangan per Desember 2013 sebagai dasar valuasi.
Menurutnya, kedua calon emiten itu kemungkinan juga akan menggunakan aturan bursa yang terbaru terkait kemudahan IPO bagi perusahaan tambang.
Namun seperti diketahui, aturan tersebut belum benar-benar terbit. Yang jelas, Ratih mengatakan kedua calon emiten itu akan patuh terhadap aturan bursa terbaru yang terbit 20 Januari lalu.
Adapun secara total di pipeline perseroan hingga April 2014, Sucorinvest telah diberi mandat untuk menangani total lima IPO, terdiri dari empat IPO (Initial Public Offering/IPO) saham dan satu IPO obligasi.
Dari empat IPO saham tersebut, dua di antaranya adalah PT Wika Beton Tbk. (WTON) yang sudah mencatatkan diri (listing) di bursa yaitu pada 8 April 2014. Anak usaha PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) itu meraih Rp1,2 triliun dari hasil IPO.
Sucorinvest menjadi penjamin pelaksana emisi efek (underwriter) untuk aksi korporasi itu bersama tiga sekuritas lainnya, yakni PT Mandiri Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, dan PT Bahana Securities.
Selain Wika Beton, Sucorinvest juga menjadi underwriter untuk IPO-nya PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo yang akan mencatatkan diri di bursa pada 8 Mei mendatang.
Dana hasil IPO Dwi Aneka diperkirakan sekitar Rp500 miliar. Sucorinvest menjadi underwriter untuk aksi korporasi itu bersama PT Valbury Asia Securities.
"Sedangkan untuk perusahaan yang akan menerbitkan obligasi, itu perusahaan infrastruktur. Nilai emisinya besar, sekitar Rp1 triliun hingga Rp2 triliun. Selain yang lima mandat ini, tentunya sambil jalan kami berharap bisa mendapat yang lain,” ujar Ratih.