Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang negara-negara Asia mencetak depresiasi mingguan pertamanya dalam sebulan terakhir, dipicu oleh konflik di Ukraina dan pengutan data ekonomi Amerika Serikat yang menyulut apresiasi nilai tukar dolar.
Setelah perundingan tentang Ukraina selama 4 pekan diselesaikan pekan in, para pejabat AS dan aliansi mereka dari Uni Eropa mengingatkan Rusia harus menghasilkan resolusi dalam beberapa hari ke depan atau mereka harus dijatuhi sanksi.
Pada saat bersamaan, nilai tukar AS meraup penguatan tertinggi dalam 5 hari sejak 21 Maret setelah laporan penjualan ritel dan produksi manufaktur melampaui proyeksi para analis.
“Ada beberapa luberan kekhawatiran terhadap Ukraina dan beberapa elemen risiko. Jadi, itulah mengapa orang-orang mulai berpindah ke investasi yang aman,” kata Wong Che Seng, analis nilai tukar AmBak Group yang berbasis di Kuala Lumpur, Sabtu (19/4/2014).
Dia menjelaskan data ekonomi AS telah mendorong penguatan nilai tukar dolar.
Indeks dolar Bloomberg-JPMorgan Asia merosot 0,2% pekan ini ke level 115,55. Mata uang Taiwan melemah 0,3% dari 11 April menjadi NT$30,230 terhadap dolar AS di Taipei. Sementara itu, won Korea Selatan anjlok 0,2% menjadi 1.037,58 dan ringgit Malaysia melemah 0,1% menjadi 3,2405.
Pasar keuangan di Hong Kong, Singapura, India, Indonesia, dan Filipina ditutup pada Jumat (18/4/014) dalam rangka libur Paskah.
Selama perdagangan dalam pekan pendek tersebut, rupee India anjlok 0,2% menjadi 60,2910, rupiah merosot 0,1% menjadi 11.420, dan peso Filipina tergelincir 0,3% menjadi 44,443.