Bisnis.com, JAKARTA— Saham batu bara tengah disoroti pasar, menyusul kebijakan pemerintah yang akhirnya membatalkan rencana kenaikan royalti sebesar 13,5%.
Equity Technical Analyst AAA Securities Wijen Pontus mengatakan di samping terkait royalti tersebut, secara teknikal saham batu bara saat ini juga sudah jenuh jual, yang menandakan prospek kembali rebound.
“Asing juga banyak melakukan akumulasi, antara lain PTBA (Tambang Batubara Energy Tbk), dan ADRO (Adaro Energy Tbk). Ini menjadi mover,” kata Wijen saat dihubungi hari ini, Kamis (20/3/2014).
Seperti diketahui pemerintah akhirnya membatalkan rencana kenaikan rencana kenaikan royalti sebesar 13,5% bagi pelaku usaha batu bara yang memegang lisensi izin usaha pertambangan (IUP), setelah adanya penolakan dari para pelaku usaha.
Dirjen Mineral dan batu Bara R. Sukhyar mengatakan rencana pengenaan kenaikan royalti batu bara bagi IUP batal. Pasalnya, pihaknya memahami pelaku usaha berlisensi IUP hasil penjualan batu baranya rendah akibat harganya yang anjlok (Bisnis Indonesia, 20/3/2014).
Adapun emiten yang bergerak di pertambangan batu bara yang ada di Bursa Efek Indonesia adalah:
- Adaro Energy Tbk (ADRO)
- Atlas Resources Tbk (ARII)
- ATPK Resources Tbk (ATPK)
- Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN)
- Berau Coal Energy Tbk (BRAU)
- Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR)
- Bumi Resources Tbk (BUMI)
- Bayan Resources Tbk (BYAN)
- Darma Henwa Tbk (DEWA)
- Delta Dunia Makmur Tbk (DOID)
- Golden Energy Mines Tbk (GEMS)
- Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO)
- Harum Energy Tbk (HRUM)
- Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
- Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI)
- Samindo Resource Tbk (MYOH)
- Perdana Katya Perkasa (PKPK)
- Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA)
- Petrosea Tbk (PTRO)
- Golden Eagle Energy Tbk (SMMT)
- Toba Bara Sejahtera Tbk (TOBA)
Sumber: Bisnis Indonesia,2014