Bisnis.com, LONDON - Harga bijih besi kembali memperpanjang tren penurunan sejak Agustus 2009 di tengah kekhawatiran permintaan China akan melambat.
BHP Billiton Ltd. dan Rio Tinto Group memprediksi harga yang lebih rendah di tahun ini setelah produsen di Australia dan Brazil menghabiskan miliaran dolar untuk meningkatkan output.
"Penurunan harga bijih besi mencerminkan penghentian pembelian di pasar bijih besi China," ujar Analis Commonwealth Bank of Australia Lachlan Shaw seperti yang dikutip Bloomberg, Selasa (11/3/2014).
Shaw menambahkan, pasar juga melihat adanya kelebihan pasokan dalam jangka dekat, hal tersebut mendorong penurunan lebih dalam terhadap harga bijih besi.
Harga bijih besi dengan kandungan 62% yang dikirim ke Tianjin anjlok 8,3% menjadi US$104,7 per dry ton, angka tersebut paling rendah sejak Oktober 2012 dan penurunan terbesar dalam 4 tahun.
Harga acuan terkoreksi 27% sejak 14 Agustus 2013 saat mencapai harga tertinggi dalam 5 bulan sebesar US$142,80.