Bisnis.com, JAKARTA— Dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada sebagian besar mata uang di negara yang ada di Asia Pasifik pada pagi ini, Rabu (29/1/2014).
Penguatan tersebut justru terjadi menjelang putusan stimulus oleh banks sentral Amerika Serikat the Federal Reserve diumumkan dini hari ini (30/1/2014).
Mengingat biasanya menjelang pengumuman Fed yang disertai kekhawatiran keberlanjutan stimulus menekan mata uang di sejumlah negara Asia pasifik, termasuk Indonesia.
Lalu apa penyebab semua ini?
“Penguatan dolar AS (belakangan ini) ditopang kekhawatiran kondisi pasar keuangan Negara berkembang,” kata Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir saat dihubungi hari ini, Rabu (29/1/2014).
Setelah Turki dan India menaikkan suku bunganya, mata uang Asia pasifik pun menguat atas dolar AS.
Terkait dengan akan diumumkannya pertemuan Fed yang menggelar rapat 28-29 Januari, Zulfirman mengatakan akan menjadi fokus perhatian investor berikutnya, karena gejolak pasar uang di Asia Pasifik telah berkurang.
“Rupiah untuk hari ini masih menguat terbatas, dan diprediksi bergerak di kisaran Rp12.120—Rp12.205,” kata Zulfirman.
Seperti diketahui kemarin siang, bank sentral India menaikkan Benchmark Repurchase rate ke 8% dari 7.75%.
Pagi ini, Bank Sentral Turki menaikkan overnight lending rate ke 12% dari 7.75%.