Bisnis.com, JAKARTA - Bagi para investor reksa dana yang jangka panjang, tahun ini merupakan peluang yang baik untuk mengakumulasi investasi untuk memperoleh imbal hasil optimal di saat valuasi pasar yang rendah.
Rheza Karyanto, Assistant Vice President Head of Investment, Bancassurance, and Treasury Products Commonwealth Bank Indonesia, berpendapat dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 100 tahun 2013, cukup membawa angin segar bagi reksa dana berbasis obligasi.
Sebab, hal itu berarti pajak penghasilan obligasi, atas kupon dan capital gain, untuk reksa dana masih masih diberikan insentif sebesar 5% hingga 2020
“Dengan demikian, berinvestasi pada reksa dana berbasis obligasi diharapkan mampu menghasilkan imbal hasil lebih menarik, dibandingkan dengan berinvestasi langsung pada obligasi yang dikenakan pajak penghasilan final 15%,” paparnya kepada Bisnis melalui surat elektronik, Senin (13/1).
Berikut ini beberapa ulasan dari Rheza untuk masing-masing jenis Reksa Dana
1. Reksa Dana Pasar Uang
Kenaikan suku bunga deposito sedikitnya telah membantu kenaikan imbal hasil dari reksa dana Pasar Uang. Untuk tahun 2014, rata-rata imbal hasil reksa dana Pasar Uang diperkirakan mencapai sekitar 6% per tahun.
“Meskipun masih dibawah rata-rata inflasi selama 10 tahun terakhir, yakni sebesar 7,1%, nilai ini cukup menarik karena setara dengan bunga deposito kurang lebih 7,5% tiap tahunnya,” kata Rheza.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Terproteksi
“Dengan imbal hasil obligasi yang relatif tinggi dan insentif pajak reksa dana, yakni 5% hingga 2020), maka reksa dana Pendapatan Tetap dan reksa dana Terproteksi akan menjadi investasi yang menarik,” kata Rheza.
Meskipun masih dibayangi sentimen negatif dari QE tapering, beberapa manajer investasi sudah mempersiapan diri untuk meningkatkan durasi portofolio obligasi jika risiko dinilai sudah berkurang atau sentimen pasar semakin membaik.
Untuk reksa dana Terproteksi, akhir tahun lalu sebuah reksa dana Terproteksi berbasis obligasi korporasi dengan rating A bertenor 3 tahun, mampu memberikan target imbal hasil menarik sebesar 8.5% per tahun atau setara bunga deposito 10.625% per tahun.
Nilai ini memang sebanding dengan beberapa bunga deposito bank berskala medium-kecil. Namun tidak ada dari bank tersebut yang berani menawarkan tenor panjang, karena mungkin ekspektasi penurunan suku bunga di semester kedua 2014. Jadi tentunya investasi di reksa dana Pendapatan Tetap atau Terproteksi akan lebih menarik untuk jangka panjang.
3. Reksa Dana Campuran dan Saham
Valuasi saham yang relatif rendah menjadi peluang yang menarik bagi investor tahun ini. Ekspektasi pertumbuhan laba perusahaan tahun 2014 ini juga diperkirakan analis akan lebih baik dibandingkan tahun lalu, dengan pertumbuhan Earning per Share (EPS) di kisaran 13%.
Namun, Rheza menyarankan, ditengah fluktuasi pasar yang diperkirakan masih tinggi di semester pertama 2014, supaya para investor memilih reksa dana saham dengan strategi diversifikasi yang menyeluruh dan tidak terlalu terkonsentrasi pada sektor atau saham tertentu.
“Adapun reksa dana dengan strategi bottom up yang fokus pada pemilihan saham-saham unggulan (selective stock picking) akan lebih berpeluang memberikan imbal hasil lebih optimal,” pungkasnya.