Data Indeks Pekan Lalu | ||||
Waktu | Nett Buy/Sell | Volume | Nilai | Frekuensi |
(miliar rupiah) | (miliar) | (triliun rupiah) | (kali) | |
Jumat | -Rp718.802.714.000 | 4.232.660.411 | Rp4.275.376.237.750 | 120.385 |
Kamis | -Rp546.533.083.500 | 3.537.845.555 | Rp4.064.969.701.372 | 116.020 |
Rabu | Rp78.164.496.960 | 5.764.030.736 | Rp4.241.297.747.685 | 124.635 |
Selasa | -Rp48.513.767.365 | 4.252.588.789 | Rp3.886.890.409.915 | 118.603 |
Senin | Rp85.771.155.480 | 5.389.426.931 | Rp4.804.520.549.674 | 129.454 |
Total | -Rp1.149.913.912.425 | Rp23.176.552.422 | Rp21.273.054.646.396 | Rp609.097 |
Rerata | -Rp229.982.782.485 | Rp4.635.310.484 | Rp4.254.610.929.279 | Rp121.819 |
Data Indeks Pekan Ini | ||||
Waktu | Nett Buy/Sell | Volume | Nilai | Frekuensi |
(miliar rupiah) | (miliar) | (triliun rupiah) | (kali) | |
Jumat | -Rp341.197.677.315 | 4.183.502.693 | Rp4.514.900.005.675 | 109.485 |
Kamis | -Rp390.543.920.000 | 4.167.247.394 | Rp4.472.629.986.430 | 111.038 |
Rabu | Rp171.761.935.150 | 4.487.689.748 | Rp4.443.094.620.629 | 111.728 |
Selasa | Rp53.549.818.600 | 5.850.714.338 | Rp6.303.373.053.080 | 143.352 |
Senin | Rp92.871.560.000 | 3.230.325.377 | Rp3.975.615.854.230 | 107.504 |
Total | -Rp413.558.283.565 | Rp21.919.479.550 | Rp23.709.613.520.044 | Rp583.107 |
Rerata | -Rp82.711.656.713 | Rp4.383.895.910 | Rp4.741.922.704.009 | Rp116.621 |
Pertumbuhan | -5,42 | 11,45 | -4,27 | |
Rerata (%) | ||||
Indeks Akhir Pekan Lalu | 4.256,44 | |||
Indeks Akhir Pekan Ini | 4.174,83 | |||
Pertumbuhan (%) | -1,92 |
Keterangan: Nett Buy/Nett Sell dilakukan investor asing
Sumber: Bursa Efek Indonesia, diolah
Bisnis.com, JAKARTA—Terpaan isu pengurangan stimulus AS (tapering) membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) merosot sebesar 1,92% sepanjang pekan ini, sementara hampir seluruh indeks Asia Tenggara melemah kecuali Malaysia.
Di kawasan Asia Tenggara, indeks Thailand memimpin pelemahan secara year to date sebesar 3,65%, disusul Indonesia 3,29%, Singapura 3,19%, dan Filipina yang turun 0,78%. Sementara indeks Malaysia diketahui menguat 8,96%.
Kepala Riset PT First Asia Capital David Sutyanto mengatakan merebaknya isu tapering tersebut bukan tanpa alasan, hal itu karena beberapa data ekonomi AS menunjukkan perbaikan. Bahkan beberapa data tersebut di atas ekspektasi konsensus.
Berdasarkan pantauan Bisnis, beberapa data ekonomi AS yang tercatat di atas ekspektasi adalah retail sales bulanan yang berada di level 0,7%, padahal konsensus memprediksi sebesar 0,6%, selain itu federal budget balance yang diprediksi sebesar minus US$142,6 miliar nyatanya defisit US$135,2 miliar.
“Data ekonomi AS yang berada di atas ekspektasi konsensus memang mengejutkan pasar dan membuat pemodal asing melakukan aksi jual yang masif selama 2 hari terakhir,” ujar David kepada Bisnis, Jumat (13/12/13) malam.
Menurut data yang dihimpun Bisnis, dalam 2 hari terakhir asing mencetak aksi jual bersih (nett sell) Rp731,74 miliar. Adapun jika diakumulasi selama sepekan, investor asing mencetak nett sell sebesar Rp413,55 miliar di pasar reguler dan negosiasi.
Padahal pada 3 hari perdagangan pertama minggu ini pemodal asing mencetak aksi beli bersih sebanyak Rp318,18 miliar. Lebih lanjut, secara rerata pemodal asing mencetak nett sell sebesar Rp82,71 miliar, turun dari pekan lalu yang mencatat rerata nett sell Rp229,98 miliar.
Lebih lanjut, David merasa BI rate yang tidak naik nyatanya tidak membuat pasar modal Indonesia mulai percaya diri dan melakukan aksi beli. Menurutnya salah satu yang menjadi penyebab lemahnya bursa Indonesia adalah masih dominannya porsi asing.
“Meski biasanya menjelang akhir tahun ada window dressing [perbaikan portofolio saham], tetapi isu tapering kali ini membuat pasar masih menahan diri,” katanya.
Adapun rerata volume perdagangan selama sepekan sebanyak 4,38 miliar saham, anjlok 5,42% dari minggu sebelumnya. Namun rerata nilai transaksi sepekan naik 11,45% menjadi sebesar Rp4,74 triliun.
Pada perdagangan Jumat lalu, IHSG ditutup melemah 0,89% ke 4.174,83 dari hari sebelumnya. Perdagangan tercatat dengan frekuensi 120.385 transaksi yang mencetak total volume di pasar reguler dan negosiasi sebesar 4,23 miliar saham. Investor asing mencetak nett sell Rp718,80 miliar di kedua pasar tersebut.
Sementara dari pergerakan sektoral, selama sepekan ini sektor agrikultur tercatat memiliki performa terkinclong. David menambahkan, sektor infrastruktur juga memperlihatkan pergerakan yang apik.
“Kalau agrikultur mampu menguat karena sentimen positif dolar AS yang menguat dan harga CPO yang menanjak, sementara infrastruktur karena proyeksinya bagus,” ungkap David.
Lebih lanjut, pergerakan bursa saham regional Asia mayoritas tercatat menguat, indeks Hang Seng Hong Kong tercatat menguat 0,12%, indeks Nikkei Jepang menanjak 0,40%, tetapi indeks Straits Times Singapura naik 0,23%.