Bisnis.com, JAKARTA— Indeks harga saham gabungan (IHSG) merosot sebesar 1,78% sepanjang pekan ini karena rilis data ekonomi Amerika Serikat yang di atas ekspektasi membuat adanya spekulasi pengurangan stimulus yang mengancam aliran dana asing ke pasar saham.
Data yang dirilis pada Kamis (5/12/2013) malam memang menunjukkan adanya penguatan ekonomi Negara Adidaya tersebut. Data pembacaan awal GDP per kuartal yang diproyeksi berada di level 3,0% nyatanya mencetak level 3,6%, selain itu klaim pengangguran yang diprediksi konsensus di level 328.000, malah turun di level 298.000.
“Data ekonomi AS yang berada di atas ekspektasi konsensus memang mengejutkan pasar dan membuat pemodal asing melakukan aksi jual yang masif selama 2 hari terakhir,” ujar Kepala Riset PT First Asia Capital David Sutyanto kepada Bisnis, Jumat (6/12/2013).
Menurut data yang dihimpun Bisnis, dalam 2 hari terakhir asing mencetak aksi jual bersih (nett sell) Rp1,26 triliun. Adapun jika diakumulasi selama sepekan, investor asing mencetak nett sell sebesar Rp1,14 triliun di pasar reguler dan negosiasi.
Padahal minggu lalu pemodal asing mencetak akumulasi aksi beli bersih sebanyak Rp295,53 miliar. Lebih lanjut, secara rerata pemodal asing mencetak nett sell sebesar Rp229,98 miliar, berbalik dari pekan lalu yang mencatat rerata nett buy sebanyak Rp59,10 miliar.
David menuturkan, kali ini data AS yang membaik menjadi sentimen negatif, mengalahkan sentimen positif terkait data Indonesia yang juga menguat. Namun, dia beranggapan mau tidak mau stimulus pasti bakal dikurangi.
“Respon pasar terlalu buruk untuk hal yang sebenarnya sudah pasti bakal terjadi. Padahal tapering kan pengurangan, bukan penghentian mendadak, jadi ada buying time untuk penyesuaian,” jelasnya
Adapun rerata volume perdagangan selama sepekan sebanyak 4,63 miliar saham, naik 1,35% dari minggu sebelumnya. Sementara rerata nilai transaksi sepekan sebesar Rp4,25 triliun, anjlok 12,74% dari 5 hari perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Jumat lalu, IHSG ditutup melemah 0,86% ke 4.180,79 dari hari sebelumnya. Perdagangan tercatat dengan frekuensi 120.385 transaksi yang mencetak total volume di pasar reguler dan negosiasi sebesar 4,23 miliar saham. Investor asing mencetak nett sell Rp718,80 miliar di kedua pasar tersebut.
Sementara dari pergerakan sektoral, selama sepekan ini sektor agrikultur tercatat memiliki performa terkinclong. Selama sepekan sektor tersebut mampu tumbuh 3,9%.
“Kalau agrikultur mampu menguat karena memang sentimennya sangat bagus. Sentimen positifnya antara lain dolar AS yang menguat dan harga CPO yang menanjak,” ungkap David.
Lebih lanjut, pergerakan bursa saham regional Asia tercatat variatif, indeks Hang Seng Hong Kong tercatat menguat 0,13%, indeks Nikkei Jepang menanjak 0,81%, tetapi indeks Straits Times Singapura merosot 0,33%.