Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Karet Naik, Permintaan Juga Naik

Bisnis.com, JAKARTA— Harga karet akan mencapai level tertinggi dalam satu triwulan sejak Maret 2012 setelah ekonomi AS dan Jepang menunjukkan isyarat pemulihan, sehingga memunculkan spekulasi permintaan terhadap komoditas itu akan naik.

Bisnis.com, JAKARTA— Harga karet akan mencapai level tertinggi dalam satu triwulan sejak Maret 2012 setelah ekonomi AS dan Jepang menunjukkan isyarat pemulihan, sehingga memunculkan spekulasi permintaan terhadap komoditas itu akan naik.

Kontrak untuk Maret di bursa Tokyo Commodity Exchange sedikit berubah ke posisi 277,9 yen per kilogram (US$2.810 per metrik ton) pada pukul 10.13 waktu setempat atau pukul 07.13 WIB setelah sebelumnya sempat naik 0,3% dan turun 0,7%. Sementara itu nilai kontrak meningkat 3,3% pada September dan 18% pada triwulan ini sehingga menutup kerugian 8,1% selama 2013.

Inflasi Jepang dilaporkan bergerak paling cepat pada Agustus 2008 . Pergerakan itu mengisyaratkan Perdana Menteri Shinzo Abe sukses menghindari negara dengan kekuatan ekonomi terkuat ketiga dunia itu dari deflasi selama 15 tahun.

Sementara itu, klaim tunjangan pengangguran untuk pertama kalinya turun di AS dari 5.000 ke 305.000 pekan lalu, menurut data Departemen Tenaga Kerja. Padahal, proyeksi dari para ekonomi yang disurvei Bloomberg mencapai 325.000.

“Ekspektasi pemulihan ekonomi global akan memperkuat posisi kontrak karet,” ujar Kazuhiko Saito, chief analyst pada perusahaan pialang Fujitomi Co. di Tokyo sebagaimana dikutip Bloomberg, Jumat (29/9/2013).

Keuntungan pada kontrak perdagangan berjangka tersebut terbatas setelah penurunan harga minyak mentah memicu spekulasi bahwa harga karet sintetis akan turun. Harga karet untuk pengiriman Januari di bursa Shanghai Futures Exchange sedikit berubah pada posisi 20.600 yuan (US$3.366) per ton.  

Sedangkan harga karet Thailand yang menggunakan sistem pembayaran free-on-board turun 0,9% menjadi 81,55 baht (US$2,62) per kilogram kemarin, menurut Rubber Research Institute of Thailand. (ltc)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper