Bisnis.com, JAKARTA—Harga minyak sawit mentah (CPO) diperdagangkan mendekati level terendah dalam hampir 4 tahun setelah perkiraan melonjaknya pasokan global ke rekor.
Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif GAPKI mengatakan suplai memang akan melonjak selama 2 bulan ke depan, tetapi pihaknya berharap pada awal 2014 harga bisa mulai membaik.
“Sepanjang 2013 perkiraan kami produksi bisa mencapai 28 juta ton,” ujarnya ketika ditemui di Wisma Bisnis Indonesia, Selasa (30/7/2013).
Menurutnya saat ini melemahnya ekonomi global menjadi faktor yang membuat permintaan sedikit menurun. Perlambatan ekonomi China dan India, dua konsumen terbesar CPO membuat permintaan ikut melambat.
“Tapi di sisi lain adanya wacana biofuel bisa menjadi faktor pendongkrak harga. Bagi Indonesia sendiri, ekspor bisa naik karena kita adalah ‘kawasan Timur Tengah’ bagi energi terbarukan,” katanya.
Ariston Tjendra, Kepala Riset PT Monex Investindo Futures mengatakan dari sisi fundamental, stabilnya harga minyak dunia di atas level US$100 bisa meningkatkan daya tarik palm oil untuk bio-energi.
“Namun, investor tetap cemas dengan prospek melimpahnya suplai pasca Ramadan dan suramnya outlook permintaan Cina dan India, konsumen minyak sawit terbesar dunia,” ujarnya, Selasa (30/7/2013).
Menurutnya hal itu terjadi seiring merebaknya kekhawatiran berlanjutnya perlambatan ekonomi Cina dan melemahnya rupee India.
“Outlook CPO masih bearish, dan pada perdagangan Rabu saya perkirakan berada di kisaran 2.180 ringgit hingga 2.245 ringgit per kilogram,” jelasnya.
Nilai kontrak untuk pengiriman Oktober turun sebanyak 1,4% menjadi 2.137 ringgit (US$661) per ton di Bursa Malaysia Derivatives, harga termurah sejak Oktober 2009. Harga pada akhir sesi pagi sedikit berubah menjadi 2.170 ringgit, membuat penurunan bulan ini sebesar 7,4%, terbesar sejak September.
Data Departeman Pertanian AS (USDA) menunjukkan, produksi sawit, yang 35% digunakan untuk minyak goreng, akan naik 5% menjadi 58,1 juta ton.
Minyak kedelai, produk pesaing, merosot kemarin ke level terendah sejak 2010 karena pasokan dari berbagai dimakan paling dikonsumsi kedua akan naik ke rekor untuk tahun kelima dan mencapai 44,6 juta ton.
Benny Lee, seorang analis pasar Jupiter Securities Sdn di Kuala Lumpur mengatakan penurunan harga minyak kedelai cukup curam karena panen melonjak.
"Pelemahan ringgit seharusnya membuat minyak sawit sedikit lebih menarik daripada minyak kedelai, tetapi karena permintaan sebenarnya lebih rendah dari yang diharapkan, saya tidak berpikir itu benar-benar akan membantu mengangkat harga minyak sawit," katanya seperti dikutip di Bloomberg, Selasa (30/7).
Menurut Benny harga bisa turun ke level 1.900 ringgit pada kuartal ini sebelum rebound pada akhir tahun ini. Sementara ringgit jatuh ke level terendah dalam 3 tahun setelah kekhawatiran investor akan memulangkan dana setelah US$2,9 miliar utang jatuh tempo.
Minyak kedelai untuk pengiriman Desember sedikit berubah pada 42,84 sen per pon di Chicago Board of Trade setelah turun ke level terendah sejak September 2010 kemarin. Kedelai untuk pengiriman November turun 0,4 persen menjadi $ 12,155 per bushel.
Minyak kelapa sawit curah untuk pengiriman Januari turun sebanyak 0,9% menjadi 5.306 yuan (US$865) per ton di Dalian Commodity Exchange, level terendah untuk kontrak teraktif sejak Maret 2009. Minyak kedelai turun sebanyak 1,3% menjadi 6.902 yuan, level terendah sejak Oktober 2009.