Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba United Tractors Melorot 25,3%

Bisnis.com, JAKARTA—Sepanjang semester I/2013, PT United Tractors Tbk (UNTR) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp2,3 triliun atau  turun sebesar 25,3% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 3,08 triliun.

Bisnis.com, JAKARTA—Sepanjang semester I/2013, PT United Tractors Tbk (UNTR) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp2,3 triliun atau  turun sebesar 25,3% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 3,08 triliun.

Seperti dikutip dari laporan keuangan yang dirilis Senin (29/7/2013), pendapatan bersih mencapai Rp24,9 triliun, turun 19% dari Rp30,6 triliun. Beban pokok pendapatan berhasil ditekan 17,8% dari Rp25,07 triliun jadi Rp20,6 triliun.

Pendapatan bersih segmen usaha mesin konstruksi turun 40% menjadi Rp8,5 triliun dan memberikan kontribusi sebesar 34% terhadap total pendapatan perseroan. Hal ini disebabkan turunnya penjualan alat berat Komatsu sebesar 42%, dari 4.231 unit menjadi hanya 2.452 unit.

Sekretaris Perusahaan United Tractors Sara Loebis mengatakan penurunan ini terutama disebabkan berkurangnya permintaan alat berat dari sektor pertambangan dan perkebunan, yang dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas batu bara dan CPO.

“Meski penjulan turun, sementara ini kami belum ubah target. Target penjualan Komatsu sampai akhir tahun masih 5.000 unit. Kami sudah lakukan diversifikasi penjualan ke sektor lain, sudah sejak tahun lalu. Tapi tetap belum bisa mengkompensasi turunnya permintaan alat berat dari sektor tambang,” ujar Sara di sela-sela acara buka puasa belum lama ini ketika membicarakan kinerja UNTR semester I/2013.

Sara mengatakan untuk masuk ke sektor nonmining, persaingannya lebih ketat karena alat berat yang dibutuhkan tipenya relatif lebih kecil, di mana pemainnya relatif sudah banyak. Diversifikasi ke sektor nonmining sudah mulai dilakukan dengan menurunkan porsi penjualan alat berat ke sektor tambang dari semula sekitar 60%, terus diturunkan jadi hanya sekitar 50%.

“Turunnya kinerja semester I juga ditambah kompetisi. Jadi walaupun kami bisa jualan ke sektor lain [nonmining], tapi kompetisinya lebih ketat,” tambah Sara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper