Bisnis.com, JAKARTA— Alternatif investasi syariah di Indonesia tampaknya masih belum banyak dilirik oleh masyarakat, meskipun prospek pertumbuhannya dinilai cukup besar.
Tak hanya di dunia perbankan, investasi berbasis syariah juga sudah mulai dikembangkan di pasar modal. Selain saham, reksadana syariah dan sukuk juga bisa menjadi alternatif investasi syariah.
Kepala Riset PT Trust Securities Reza Priyambada menilai akan lebih mudah melihat perkembangan investasi syariah, salah satunya dari pertumbuhan reksadana syariah karena lebih terukur.
Lantas, bagaimana perkembangan reksadana syariah sepanjang paruh pertama tahun ini dibandingkan dengan perkembangan reksadana konvensional? Apakah produk investasi syariah memang telah dikenal oleh masyarakat? Dan, apakah ada pengaruh kenaikan minat masyarakat terhadap produk investasi syariah saat Ramadan?
Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), secara presentase pertumbuhan reksadana syariah memang lebih tinggi dibandingkan dengan reksadana konvensional. Namun, jika dilihat dari jumlah dan nominalnya maka akan terlihat jauh tertinggal.
Per Juni 2013, jumlah produk reksadana syariah naik 23,53% menjadi 63 produk dari 51 produk per Juni 2012. Adapun jumlah nilai aktiva bersih (NAB) naik signifikan 84,38% menjadi Rp9,44 triliun dari Rp5,12 triliun.
Sementara itu, jumlah produk reksadana konvensional pada semester I/2013 naik 5,26% menjadi 721 produk dari 685 produk pada semester I/2012. Adapun NAB tercatat naik 42,02% menjadi Rp249,23 triliun dari Rp175,49 triliun.
Artinya, jumlah produk reksadana syariah hanya 8,74% dari reksadana konvensional. Adapun NAB syariah hanyak 3,79% dari konvensional
“Dari sisi produk memang ada penambahan, tetapi masyarakat yang masuk ke syariah masih belum terlalu banyak. Dibandingkan dengan yang konvensional itu masih sangat jauh. Jadi sosialisasi produk syariah ke masyarakat memang masih minim, padahal potensi pertumbuhannya besar,” ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (23/7/2013).
Dia juga menilai saat Ramadan tidak berarti langsung meningkatkan minat masyarakat terhadap produk investasi syariah. Selain harus memahami produk, dalam menentukan investasi masyarakat juga harus menyesuaikan dengan tujuannya masing-masing
Dalam reksadana syariah, saham-saham yang masuk kelompok itu tentu saham yang sudah dinyatakan sesuai dengan prinsip syariah. Biasanya, lanjut dia, saham-saham syariah tidak terlalu fluktuatif sehingga lebih cocok untuk investasi jangka panjang.
“Saham-saham syariah biasanya kan memiliki fundamental yang kuat, seperti saham-saham big cap. Pergerakannya juga bukan untuk para spekulan atau trader. Ini lebih cocok untuk investasi jangka panjang,” jelasnya.
Namun, dia juga menilai sosialisasi produk investasi syariah ini harus lebih gencar agar masyarakat juga mulai mengenal alternatif investasi di instrumen syariah.
“Untuk tahap awal pengenalan, lebih baik jangan terlalu banyak keluarkan produk tetapi sedikit peminatnya. Lebih baik perkenalkan dulu produk yang ada, investasi syariah seperti apa. Sehingga, ketika orang lebih paham maka ketika produk baru dikeluarkan pangsa pasarnya juga sudah ada,” paparnya.
Jumlah dan NAB Reksadana, semester I/2013
| Reksadana Syariah | Reksadana Konvensional | ||||
Juni 2013 | Juni 2012 | Perubahan (%) | Juni 2013 | Juni 2012 | Perubahan (%) | |
Jumlah | 63 | 51 | 23,53 | 721 | 685 | 5,26% |
NAB (Rp.Triliun) | 9,44 | 5,12 | 84,38 | 249,23 | 175,49 | 42,02% |
Sumber: OJK