BISNIS.COM, JAKARTA—Para investor terbesar di Asia dan Eropa menyimpan uang mereka dalam bentuk obligasi meski nilai pasar sekuritas mengalami kerugian terbesar dalam dua bulan hingga $317 miliar.
Mizuho Asset Management Co., yang mengelola US$32 miliar, memborong obligasi yang akan jatuh tempo dalam 10 tahun atau lebih lama dari kepemilikannya bulan lalu. HSBC Private Bank, dengan nilai aset US$480 miliar, membeli obligasi AS pada saat keuntungan untuk tenggat waktu 10 tahun naik 2,5%.
Sedangkan Deutsche Asset & Wealth Management, yang mengelola aset sekitar US$1,3 triliun, memegang obligasi yang jatuh tempo kurang dari empat tahun dengan harapan tingkat bungan AS akan tetap rendah.
Setelah menggandakan kepemilikannya atas obligasi hingga US$5,6 triliun selama lima tahun terakhir, para investor luar negeri tetap bertahan meski nilai pasar obligasi 3,2% anjlok selama Mei dan Juni. Mereka juga tidak terpengaruh pada penarikan dana obligasi pada bulan sebelumnya US$79,8 miliar.
Sejak bank sentral AS mengisyaratkan akan mengurangi pembelian obligasi tahun ini, pasar obligasi paling aktif di dunia itu sekarang menawarkan keuntungan yang relatif tertinggi dibandingkan negara maju lainnya dalam tiga tahun.
“AS merupakan pasar obligasi paling likuid di dunia,” ujar Yoshiyuki Suzuki, kepala bagian fix income pada Fukoku Mutual Life Insurance Co. yang mengelola aset senilai US$57,1 miliar sebagaimana dikutip Bloomberg, Senin (8/7/2013).
Menurutnya, pasar terus bergejolak dan sejumlah investor tidak suka dengan kondisi itu. Namun tidak ada alasan untuk tidak membeli obligasi AS dan pergerakan saat ini sudah termasuk over koreksi, ujarnya. (ltc)