BISNIS.COM, LONDON—Harga emas di pasar global pekan depan, Senin-Jumat (8-12/7i), diyakini naik seiring mulai meningkatnya harga emas akibat kenaikan adanya kenaikan permintaan fisik emas di Asia.
Berdasarkan survei yang diambil Bloomberg terhadap 27 analis menyebutkan, sekitar 14 dari mereka atau sekitar 51% dari jumlah analis memperkirakan harga emas akan naik untuk transaksi Senin-Jumat (08-12 Juli).
Sementara, sekitar 10 analis (37%) yang masih yakin harga emas masih akan turun pada pekan depan, sedangkan sisanya 3 analis (11%) memprediksikan harga stagnan.
Dikutip dari Bloomberg, saat ini perdagangan emas menunjukkan tren kenaikan paling tinggi dalam sebulan, meski adanya kekhawatiran dari pasar jika utang Eropa akan semakin memburuk seiring dengan kondisi politik yang tidak stabil di Portugal.
“Seiring dana hedging terus menguat dalam enam tahun terakhir, dan kepemilikan dalam bursa komoditas turun ke level terendah selama tiga tahun, permintaan akan emas diprediksi akan kembali menguat," kata Standard Bank Group Ltd, Jumat (05/07).
Pada kuartal terakhir, harga emas turun hingga 23% setelah beberapa investor kehilangan kepercayaan dalam logam sebagai penyimpan nilai. Kendati demikian, banyak pedagang logam mulia internasional justru memanfaatkan momen ini untuk menambah persediaan.
Sebelumnya, Logam Mulia Business Unit Head Antam Dody Martimbang mengatakan jika dilihat dari siklusnya, pada awal tahun harga emas biasanya menguat. Harga akan berbalik arah melemah pada pertengahan tahun. Namun, pada Oktober harga akan mulai menguat kembali.
“Pertengahan tahun memang biasanya turun. Tetapi Oktober atau November akan bangkit lagi. Menjelang libur panjang, harga di Desember akan turun, tetapi Januari akan kembali naik,” ungkapnya.
Seperti diketahui, harga emas acuan di bursa komoditas New York, indeks Comex Gold melemah bahkan hingga menyentuh kisaran US$1.200 per ounce. Di Indonesia, pada bulan lalu harga emas acuan Antam anjlok Rp26.000.