BISNIS.COM, TOKYO—Tembaga rebound dari level terendah dalam satu bulan setelah Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc (FCX) menyatakan force majeure pada pengiriman dari tambang terbesar kedua dunia dari logam di Indonesia, membuat nilai logam industri naik.
Tembaga untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 1% menjadi US$7.190 per ton dan berada di US$7.156.75 pada Kamis pukul 11.33 di Tokyo. Harga menyentuh US$7.020 pada Rabu lalu, terendah sejak 3 Mei. Adapun, tembaga untuk pengiriman Juli di Comex sedikit berubah pada US$3,227 per pon.
Freeport menyatakan force majeure dalam pengiriman setelah kecelakaan di tambang Grasberg pada 14 Mei menewaskan 28 pekerja. Force majeure adalah klausa dalam kontrak yang dikeluarkan oleh pemasok komoditas ketika mereka tidak dapat memenuhi kewajiban karena keadaan di luar kendali mereka.
David Lennox, analis Fat Prophets di Sydney mengatakan, Grasberg adalah tambang produksi besar tembaga di dunia, dan yang pasti akan berdampak pada pasokan.
Freeport mengatakan, pemberhentian operasi di Grasberg telah mengurangi produksi sekitar 3 juta pon tembaga (1.361 ton) dan 3.000 ons emas per hari. Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, jumlah itu setara dengan sekitar 2,9% dari rata-rata produksi tembaga harian global tahun ini. Unit operasi di Indonesia kehilangan sekitar 80 juta pon tembaga dan 80.000 ons produksi emas antara 15 Mei dan 11 Juni.
Adapun tembaga untuk pengiriman Oktober di Shanghai Futures Exchange melemah 2,3% menjadi 51.850 yuan (US$8.447) per ton, perdagangan dilanjutkan setelah libur 3 hari.
Di LME, nikel naik untuk pertama kalinya dalam 7 hari. Setelah Rabu lalu jatuh ke level terendah sejak Juli 2009 karena data dari bursa menunjukkan stok naik ke rekor.