BISNIS.COM, JAKARTA--Minyak mentah Brent turun di bawah US$100 per barel untuk pertama kalinya dalam satu bulan dan WTI mengalami penurunan di tengah spekulasi bahwa stok akan naik setelah target produksi OPEC terus tidak berubah.
Harga brent turun sebanyak 0,6% , sementara WTI turun 0,8%. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak 9OPEC) mempertahankan batas atas produksi 30 juta barel per hari pada pertemuan di Wina pada 31 Mei.
Persediaan minyak mentah di AS, konsumen minyak terbesar dunia, meningkat menjadi 398 juta barel pada pekan yang berakhir 24 Mei, terbesar setidaknya sejak 1931, demikian sebuah laporan pemerintah menunjukkan 30 Mei.
Minyak Brent untuk pengiriman Juli turun sebanyak 64 sen menjadi US$99,75 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London dan berada di US$99,92 pada pukul 09:58 waktu Sydney. Kontrak terakhir ditutup di bawah US$ 100pada tanggal 1 Mei. Harga turun 2,2% pekan lalu dan 1,9% pada Mei.
WTI untuk pengiriman Juli tergelincir sebanyak 71 sen menjadi US$91,26 per barel di perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange. Pada pekan lalu harga turun 2,3% dan 1,6% pada Mei. Brent dengan premi sebesar US$8,49 untuk WTI berjangka. Ini mengakhiri sesi 31 Mei pada level US$8,42, penyempitan untuk hari kedua.
'Harga Reasonable'
"Saya mengatakan pada Maret harga wajar adalah US$ 100," kata Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi pada 31 Mei di Wina. "Di mana harga hari ini? Mereka masih pada tingkat yang wajar. "
Kebanyakan negara anggota OPEC juga menyatakan dukungan mereka untuk US$100 per barel pekan lalu. Beberapa, termasuk Venezuela, menyuarakan keprihatinan bahwa produksi berlebihan oleh anggota lain akan mengekang harga. OPEC memompa sekitar 1 juta barel per hari lebih dari target informal.
Kelompok ini mengisyaratkan tumbuhnya kegelisahan dengan booming minyak AS. Sebuah komite akan mempertimbangkan efek serpih minyak di pasar global untuk minyak mentah OPEC "Dalam waktu yang tidak terlalu lama," kata Alison Diezani-Madueke, Menteri Perminyakan Nigeria.
Produksi minyak mentah AS naik 34.000 barel menjadi 7,29 juta sehari dalam pekan yang berakhir 24 Mei, menurut data dari Administrasi Informasi Energi, bagian dari statistik Departemen Energi. Produksi mencapai 7,37 juta barel per hari dalam pekan yang berakhir 3 Mei, terbesar sejak Februari 1992. Output telah melonjak sebagai kombinasi pengeboran horizontal dan rekah hidrolik, atau fracking, telah membuka persediaan terperangkap dalam formasi shale.
'Dangerous Road'
"Peningkatan produksi minyak akan terus memberikan tekanan ke bawah pada Brent," kata Flynn. "Brent mungkin akan terus turun dan akhirnya kita harus melihat lagi premi perdagangan WTI."
OPEC akan berkumpul pada 4 Desember untuk membicarakan produksi 12 negara yang berfluktuasi pada kisaran 30.600.000-32.400.000 barel per hari karena target saat ini diperkenalkan pada Desember 2011, demikian data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Output harian 31.030.000 pada Mei, tertinggi dalam enam bulan, dengan Arab Saudi memompa 9.350.000.
"Harga telah jatuh tetapi Arab Saudi masih ingin harga itu," Robin Mills, Kepala Konsultasi Manaar Consulting Energi dan Manajemen Proyek di Dubai, mengatakan melalui telepon. "Saudi akan membuat argumen dengan beberapa orang lain yang meminta memotong bahwa itu adalah jalan turun yang berbahaya karena setelah Anda mulai memotong dan mencoba untuk menjaga harga artifisial tinggi, Anda hanya menempatkan diri dalam situasi yang lebih berbahaya. Anda hanya mendorong persaingan. "