"Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen," (Saya Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan Anda)
Demikian sajak Belanda karya penyair Noto Soeroto yang membuat Presiden Soekarno tergerak melekatkan kata 'Garuda' pada maskapai penerbangan 64 tahun silam PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Dengan harapan, perkembangan bisnis aviasi nasional bisa selebar kepak sayap Garuda.
Perjalanan panjang maskapai berlambang burung biru itu terus berlangsung, melewati berbagai kerikil. Sampai puncaknya perseroan mengalami kerugian akibat beban operasional yang melambung, beban pajak tangguhan serta kerugian nilai tukar pada 2011.
Proses privatisasi pun sempat diwarnai tragedi para penjamin emisi yang hampir 'koma' akibat sesak menanggung beban penawaran umum perdana. Pasalnya, sejumlah analis menilai saham emiten penerbangan kurang menarik dan mudah terpengaruh indikator ekonomi.
Namun, perseroan tidak ambil pusing dan terus berupaya mengepak sayap lebih lebar. 2012 lalu manajemen melakukan 'bersih-bersih', mempercantik laporan keuangan melalui kuasi reorganisasi dengan menurunkan nilai nominal saham dari semula Rp500 menjadi Rp459.
Hasilnya, Garuda menutup tahun 2012 dengan pertumbuhan laba bersih mencapai 72,6% menjadi US$110,8 juta dari raihan untung tahun sebelumnya US$64,2 juta. Padahal, pendapatan operasi emiten berkode saham GIAA ini hanya US$3,47 miliar atau naik 12,1% dari capaian 2011 sebesar US$3,09 miliar.
Analis PT Bahana Securities Aditya Eka menilai raihan omzet Garuda sepanjang 2012 tercatat sejalan dengan perkiraan perseroan dan konsensus, namun dari sisi laba, hasil yang dibukukan Garuda jauh di atas estimasi konsensus.
Menurut dia, perseroan mampu meningkatkan margin laba melalui upaya efisiensi yang keras. Hal itu kemungkinan berasal dari pengurangan jumlah rute yang tidak menguntungkan.
"Namun, dalam hitungan kuartalan margin turun karena perayaan lebaran terjadi pada kuartal III/2012 yang menyebabkan jumlah penumpang dan frekuensi lebih tinggi dari kuartal terakhir," ujar Aditya dalam hasil riset yang dirilis 27 Maret 2013.
Sang pilot perusahaan mengonfirmasi analisis Aditya. Dalam paparan publik, Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar menuturkan capaian kinerja keuangan diraih berkat ekspansi operasional, antara lain melalui program efisiensi dan peningkatan utilisasi asset.
"Selain itu, perseroan juga melakukan penambahan rute dan frekuensi penerbangan, sejalan dengan beroperasinya pesawat-pesawat baru," ujar Emir beberapa waktu lalu.
Bukan hanya omong kosong, Emir membuktikan kinerjanya dengan memborong 22 pesawat baru tahun lalu. Berdasarkan jenis, terdiri dari 2 unit Airbus A330-200, 4 Boeing 737-800 Next Generation, 5 Bombardier CRJ-1000 NextGen dan 11 Airbus A320 untuk anak usaha aviasi bertarif rendah Citilink.
Secara akumulatif, total pesawat yang dioperasikan selama 2012 adalah sebanyak 106 pesawat dengan rata-rata umur pesawat 5,8 tahun.
Hasilnya, perseroan membuka rute penerbangan internasional baru, yakni Denpasar-Haneda dan Jakarta-Taipei. Melalui kerjasama dengan Etihad Airways, Garuda juga melayani rute Abu Dhabi, London, Paris, Manchester, Moskow, Athena, dan Muscat pada tahun lalu. Untuk domestik, perseroan membuka rute Surabaya-Semarang, Surabaya-Lombok dan Balikpapan-Tarakan
Penambahan pesawat juga mendorong perseroan berani meningkatkan frekuensi penerbangan mencapai 17,9% dari semula hanya 130.043 frekuensi menjadi 153.266 kali, baik penerbangan domestik maupun internasional.
Utilisasi pesawat pun ditambah dari 10.40 jam menjadi 10.44 jam, disertai dengan tingkat ketepatan penerbangan atau on time performance yang mencapai 84,9%.
Melalui upaya itu, Sang Burung Biru berpelat merah mampu mengangkut sebanyak 20,4 juta penumpang, naik 19,6% dibanding tahun sebelumnya yang hanya 17,1 juta penumpang. Dari sisi logistik, Garuda juga mengalami peningkatan jumlah angkutan kargo sebanyak 22,2% menjadi 280.285 ton dari semula hanya 229.378 ton.
Pangsa pasar dalam industri penerbangan internasional telah tumbuh menjadi 24,1% dari sebelumnya hanya 23,5%. Namun market share penumpang domestik belum bergerak naik yakni masih di level 28,2%.
DIUNTUNGKAN PEMILU
Melanjutkan analisisnya, Aditya memperkirakan pendapatan Garuda akan menguat pada periode 2013-2014 di tengah masa pemilihan umum.
Pasalnya, Indonesia akan mulai memasuki musim kampanye politik dan Garuda akan mendapat keuntungan sebagai satu-satunya maskapai dengan layanan full service di Indonesia.
"Dengan rencana peremajaan utama dan fluktuasi kondisi harga minyak yang membaik, kami memperkirakan perseroan bisa melakukan efisiensi lebih besar untuk meningkatkan kinerja selanjutnya," ungkapnya.
Pada kinerja anak usaha, Bahana memproyeksikan Citilink mulai membukukan laba bersih pada 2013, ditopang oleh aksi akuisisi beberapa rute penerbangan dari Batavia Air yang akan menguntungkan perseroan.
Bahana merekomendasikan investor untuk membeli saham Garuda dengan target harga Rp900 atau berpotensi naik 40%. Dengan pertimbangan Garuda masih pada perdagangan ringan menyesuaian rasio EV/EBITDA 6,5 kali.
Segera setelah laporan keuangan 2012-nya terbit, target saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) langsung dinaikkan menjadi Rp900 atau berpotensi naik 40%. Saatnya jual atau beli?
([email protected])(faa)