BISNIS.COM, JAKARTA-Penerbitan obligasi korporasi pada kuartal pertama 2013 tercatat Rp14,62 triliun, atau melonjak 35,37% dari total pencatatan obligasi pada periode yang sama 2012 senilai Rp10,8 triliun
Terdapat 15 surat utang dari 13 korporasi terbit pada tiga bulan pertama tahun ini. Menurut jenisnya, sebanyak 11 surat utang melalui skema penerbitan berkelanjutan, tiga seri sukuk, dan satu obligasi konvensional.
Berdasarkan sektor, sebanyak empat korporasi merupakan lembaga perbankan, lima lembaga pembiayaan, dua perusahaan konstruksi, satu lembaga keuangan, dan satu emiten energi.
Sementara itu, pada kuartal pertama tahun lalu hanya 6 korporasi yang menerbitkan surat utang, yakni PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, PT Bank Pembangunan Daerah Maluku, PT Surya Artha Nusantara Finance, Perum Pegadaian, PT Astra Sedaya Finance, dan PT Bank Bukopin Tbk.
Analis PT Lembaga Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency /IBPA) Fakhrul Aufa mengatakan sebagian perusahaan sudah memperkirakan ancaman inflasi yang bisa berpengaruh pada tingkat imbal hasil (yield).
“Jadi mereka banyak yang mempercepat pelaksanaannya agar cost of fund [biaya pendanaan] lebih murah, itu strategi yang tepat,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (3/4/2013).
Dari sisi investor, lanjutnya, beberapa pemilik dana menghindari risiko dengan membeli instrumen obligasi awal tahun. Sebagian investor lain yang menyukai risiko lebih memilih menunggu yield naik untuk mengambil peluang keuntungan.
“Ada dua tipe investor. Lembaga asuransi dan manajer investasi yang punya target return tinggi lebih suka menunggu kupon yang besar di kuartal kedua atau ketiga nanti,” katanya.(msb)